Minggu, 26 Agustus 2012

Makalah Sistem Distribusi Tegangan Rendah Dan Distribusi Tegangan Menengah Listrik Serta Pengelolaannya


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pemerintah telah mendirikan program pendidikan siap pakai untuk industry seperti Politeknik. Dengan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di Politeknik lulusannyadapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di dunia kerja. Namun terlebih dahulutentu saja mahasiswa mesti mengenal dunia kerja di industrisebelum terjun secara  secara penuh nantinya.
 Laporan paraktek bengkel in disusun berdasarkan keaksiatan yang dipelajari selama praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Sudah tentu peranan suatu lembaga pendidikan dalam hal ini Politeknik Negari Padang sangatlah penting dalam pemahaman dan skil pada siatem distribusi baik SUTM maupun SUTR dalam arti penyimpan tenaga teknis yang sangat dibutuhkan dalam Negara berkembang atau mencapai suatu Negara yang maju dan modern.











A.    Tujuan
Dengan mengetahui latar belakang dari pelaksanaan praktek sebelumnya, maka kita perlu mengetahui tujuan praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) dan tujuan dari penulisan laporan ini.

1.      Tujuan umum.
Tujuan umun dari pelaksanaan pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) adalah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori system distribusi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan pengoperasian swictger serta pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
3.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan swictger serta peralatan dan meterial yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
4.      Mengembangkan dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori dan praktek yang telah dilaksanakan.
5.      Meninggakatkan keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja dilapangan serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.





2.      Tujuan Penulisan Laporan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara kerja swictger serta pengoperasiannya.
2.      Untuk lebih mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
3.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja pada gardu beton maupun gardu tiang.
Setelah kita mengetahui tujuan-tujuan yang tersebut diatas maka penulis mengharapkan pembaca dapat memahami dan mempelajari materi yang ada.













B.     LANDASAN TEORI

1.      GARDU DISTRIBUSI

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
 a) PHB tegangan menengah;
 b) PHB tegangan rendah.
Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen  proteksinya. Jenis-jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan Pemda setempat, yaitu:
1) Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton);
2) Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi);  
3a) Gardu Distribusi tipe tiang portal,
3b) Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang); dan
4a) Gardu Distribusi mobil tipe kios,
4b) Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu  Mobil).
Komponen-komponen gardu:
 a) PHB sisi tegangan rendah;
b) PHB pemisah saklar daya);
c) PHB pengaman transformator);
d) PHB sisi tegangan rendah;
e) Pengaman tegangan rendah; f) Sistem pembumian;
 g) alat-alat indikator.
Instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1) Sirkit masuk + sakelar; 2) Rel pembagi; 3) Sirkit keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai.Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator.
Pada beban konstruksi memakai kubikel TM single core Cu : 3 x 1 x 25 mm2atau 3x1x35mm2. Antara transformator dengan Rak TR memakai kabel daya
dengan KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti tunggal masingmasing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm2

KONSTRUKSI  GARDU BETON
1.        Standar Tata-Letak (lay-out)
Karena seluruh peralatan berada dalam ruang tertutup, bangunan gardu secara keseluruhan tidak dipersyaratkan ruang bebas hambatan atau  Right of Way (ROW) dari tegangan sentuh. Untuk kondisi di wilayah/perkotaan yang seringkali tidak dapat dikendalikan peruntukan/kepemilikan tanah gardu, maka diperlukan ruang bebas hambatan untuk tujuan perolehan udara yang dipersyaratkan bagi temperatur lingkungan (ambient temperature).
2.        Konstruksi  Instalasi Gardu  Beton Instalasi Hubung 20 kV.
Pada perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kV  gardu distribusi pasangan dalam umum
terdiri atas beberapa jenis kubikel :
1.      Kubikel Pemutus Beban –  Load Break Switch (LBS)
2.      Kubikel Pemisah –  Disconnecting Switch (DS).
3.      Kubikel Pengaman Transformator –   Tranformator Protection  (TP) dengan saklar Load Break Switch (LBS) dan Proteksi Arus Lebih jenis pengaman lebur.
Gambar 1.1 Bagan satu Garis Pelanggan TM
Pilihan penggunaan LBS, TP tergantung pada kebutuhan kelengkapan gardu distribusi tersebut. Sebagai peralatan proteksi dan switching gardu distribusi yang dicatu dari  loop sistem  Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM), lazimnya harus dilengkapi dengan PHB-TM dengan susunan rangkaian sebagai berikut :
LBS – LBS – TP 1.
LBS – TP 2.
LBS – LBS – PMT – SP 3.
TP – LBS – LBS – PMT – SP 4.
Pada Gardu Pelanggan Umum, peralatan switching SKTM sistem phi (π) dilengkapi 2 LBS. Sedang pada sistem Antena, cukup dengan  1 LBS saja.




2.      Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

1.      Gambaran Umum SUTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama.
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :
1.    Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen, ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.  Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.
 







Gambar 1.2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2.    Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.

 







                                                                                                             
Gambar 1.3 Kabel Udara Tegangan Menengah (KUTM)
3.    Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM adalah konstruksi yan aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan perhatian.
 







                                                                                                                  
Gambar 1.4 Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM)



4.    Material Utama Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
a.       Panghantar
Panghantar yang digunakan untuk SUTM ada dua macam yaitu :
1.      Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat padat. Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
Gambar 1.5 Penghantar Telanjang
a.       Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)

Gambar 1.6 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S



b.      Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
Gambar 1.7 Penghantar Berisolasi Penuh
c.    Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
1.      Isolator Tumpu
Isolator jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar saluran. Desain dari isolator ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.8 Isolator Tumpu

2.      Isolator Tarik (Pasak)
Pada sistem saluran udara tegangan menengah, jenis isolator yang banyak dipergunakan untuk penyambungan jaringan adalah isolator tarik (pasak).
Gambar 1.9 Isolator Tarik (Pasak)
d.      Peralatan Hubung (Switching)

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
Gambar 1.10 Peralatan Hubung (Fuse Cut Out)



e.        Tiang Besi
Adalah jenis tiang  terbuat dari pipa besi yang  disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban  tertentu sesuai kebutuhan.Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
f.       Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini  dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.

Tabel 1.1 Spesifikasi Tiang Beton untuk SUTM






PART II : JOBSHEET

JOB SHEET 1 :  INSTALASI GARDU STEP-UP

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
 a) PHB tegangan menengah;
 b) PHB tegangan rendah. Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen  proteksinya.
Menurut standar, pengaturan tata-letak  peralatan pada gardu beton pelanggan umum atau pelanggan khusus adalah : PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah kanan, Jarak antara PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter, Jarak bagian  belakang PHB atau badan trasformator dengan dinding gardu minimal 60 cm. Cukup tersedia ruang untuk petugas berdiri dari depan PHB-TR minimal dari 75 cm, Ruang gardu harus dilengkapi man-hole, Tersedia tempat untuk cadangan tambahan kubikel PHB-TM sekurang-kurangnya 1(satu) buah. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang tata letak gardu distribusi :

Gambar 1.11 Peletakan Lay –out Perlengkapan gardu Distribusi Beton
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka ukuran dan tataletak serta dimensi Gardu Beton disamping mengikuti ketersediaan lahan yang ada, juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.       Tinggi bangunan minimum 3 meter.
b.      PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kanan. 
c.       Jarak kiri kanan PHB-TM terhadap tembok minimum 1 meter.
d.      Jarak belakang PHB-TM terhadap dinding minimal 60 cm (0,6 meter).
e.       Jarak Badan Transformator terhadap  dinding minimal 60 cm (0,6 meter
f.       Jarak Ruang Tempat Petugas dengan bagian depan PHB  minimal 0,75 meter.
g.      Jarak batas antara PHB-TM dengan PHB TR minimal 1 mater.
h.      Jarak batas antara PHB-TM dengan transformator minimal 1 meter.
i.        Jarak terluar peralatan dengan BKT minimal 20 cm (0,2 meter). Jarak bagian konduktifdan BKT minimal 60 cm (0,6 meter).
j.        Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam 1,2 meter dan harus diberikan lobang kerja (manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6 meter.

A.    Tujuan Instruksional
a.       Mampu membongkar dan memasang kubicel 20 KV
b.      Mampu mengoperasikan gardu beton step-up
c.       Mampu menguji dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada kubikel

B.     Tinjauan Kepustakaan
a.       Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan semen)








C.     Gambar Kerja/Praktek
Gambar 1.12 Singline switchgear
a.       incomming
b.      out going




c.       meterring
D.    ohm saklar
Gambar 2.3 Ohm Saklar










E.     Material yang digunakan
a.       Trafo 20 KV
b.      Swicthgerd
c.       Saklar ohm

F.      Peralatan Kerja
1.      Tank press
2.      Sekop
3.      Pangkul
4.      Palu
5.      Linngis
6.      Kunci inggris
7.      Kunci pas
8.      Kunci ingrris
9.      Meger
10.  Multytester
11.  toolset
12.  Dan lain - lain














G.    Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job Sheet)
a.       Pembongkaran dan pemsangan trafo 20 kv
b.      Pembongkaran dan pemsanagn kubicel 20 kv
c.       Pembongkaran dan pemasangan saklar ohm
d.      Pengoperasian kubicel



H.    Instruksi Manual Praktek
a.       Persiapan awal
a.       Memperiapkan alat dan bahan
b.      Mempersiapkan dan menggunakan perlatan safety
c.       Memastikan kondisi kerja dengan baik

b.      Pembongkaran dan pemasangan trafo 20 kv
                                                                          i.      Mempersipakan alat dan bahan
                                                                        ii.      Membogkar trafo 20 kv dengan hati – hati dengan menggunakan perlatan yang sesuai
                                                                      iii.      Melakukan pencatatn konponen pada trafo 20 kv serta mencari tau fungsinya
                                                                      iv.      Setelah melakukan pengamatan, maka pasang trafo kembali dengan hati- hati
                                                                        v.      Cek keadaan trafo yang sudah di pasang

c.       Pembongkaran dan pemasangan switgerd
1.      Mempersiapkan alat dan bahan
2.      Melakukan pembongkara pada sisi incomming
3.      Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
4.      Melakukan pemasangan kembali dengan hati – hati
5.      Melakukan pembongkara pada sisi metering
6.      Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
7.      Melakukan pemasangan kembali dengan hati – hati
8.      Melakukan pembongkara pada sisi outgoing
9.      Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
10.  Melakukan pemasangan kembali dengan hati – hati
11.   Melakukan pengoperasian swictgerd

























 JOB SHEET 2
 INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH



1.                  Tujuan Instruksional
a.       Mampumembongkar dan memasang JTM ( Jaringan Tegangan Menengah)
b.      Mampu mengoperasikan switchgear
c.       Mampu menguji dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada JTM,tiang dan panel

2.      Tinjauan Kepustakaan
Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan semen)


3.       Gambar Kerja/Praktek

Gambar 2.4 Kontruksi Penyambungan Konduktor TC dan AAC (TR7)
Gambar 1.13 Kontruksi Guy Wire (GW)


Gambar 1.14 Kontruksi Tiang Penyanggga













4.      Material yang digunakan

·         Tiang besi 11 M - 156 daN
·         Kawat A3C 70 mm2
·         Post insulator 20 kV
·         String insulator 20 kV + Acc & Strain clamp
·         Eye bolt & nut  M16 x 300
·         Fuse Cut Out
·         Fuse Link 2A / 20 kV
·         Lightning Arrester
·         Cross Arm UNP 80.45.5.2000 mm galv

·         Cable NYY 1 x 70 mm2

·         Copper Conductor 50 mm2

·         Double Arm Bolt & Nut M 14 x 300 mm galv

·         Galvanized Steel Wire / Staal Drad 50 mm2

·         Galvanized Steel Wire / Staal Drad 35 mm2

·         Guy insulator TM

·         Guy insulator TR

·         Guy Wire Thimble / Kaos Baja

·         Grounding & Accs ( CTM ) komplit

·         Grounding Tegangan Rendah ( GTR )

·         Joint Sleeve 70 mm2

·         Band Steel Pole 4" komplit

·         Double Arm Blot & Nut M 14 x 300 + Washer

·         Bolt M 16 x 100 galv

·         Bolt & Nut M 16 x 400 + Ring

·         Beton Manchet

·         Cat u tiang & Goni dan aspal
·         Klem
·         Semen


5.      Peralatan Kerja


·         Septy bell
·         Tali
·         Obeng plus,minus
·         Tank
·         Toolset
·         Gergaji besi
·         Gergaji kayu
·         Bor
·         kikir
·         Ragum
·         Helm proyek
·         Kunci sop
·         Tank press
·         Sekop
·         Pangkul
·         Palu
·         Linngis
·         Kunci inggris
·         Kunci pas
·         Kunci ingrris
·         Meger
·         Multytester
·         Jenjeng geser
·         Dan lain - lain









Gambar 1.15 Peralatan Yang di gunakan



6.      Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job Sheet)
·                     Mendirikan tiang jaringan distribusi TM
·                     Pemasangan kontruksi trek skor/ guy wire
·                     Pemasangan kontruksi druk skoor/ strut pole
·                     Pemasanagn kontruksi tiang awal
·                     Peamasangan kontruksi tiang sudut
·                     Pemsangan kontruksi tiang lurus
·                     Pemsangan kontruksi tiang penyangga
·                     Memsang aksesoris sesuai kontruksi jtm
·                     Memasang string roller pada jtm
·                     Penarikan dan sagging pada jtm

7.      Instruksi Manual Praktek
a.       Persiapan Awal
1.      Memepersiapkan alat serta bahan
2.      Mempersiapkan ‘ safety’ dan menggunakannya
3.      Memastikan lapangan dalam keadaan baik

b.      Memsangan kontruksi Topang tarik/ guy wire
1.      Melakukan  pemeriksaan lokasi kerja
2.      Menanm Concrete- blok, anchor –blok,
3.      Memasangan guy – guard dan rod- anchor
4.      Melakukan dan menstel kekencangan
5.      Melaukan pemasangan kawat baja
6.      Memasangan kabel ‘sling’ (stell wire) pada ujung tiang
7.      Meregangakan ‘ guy wire’

c.       Mendirikan penompang tiang/strut pole
1.      Melakukan pemeriksaan lokasi kerja
2.      Melakukan penggalian tanah
3.      Mengakat tiang dilokasi lobang
4.      Memasukan tiang pada lobang
5.      Mengikat / mengunci ujung atas tiang penompang pada tiang utama
6.      Mengakat tiang dan kedalikan titik momen danm masiukan pada lobang
7.      Padat dan urut kan dengan tanah serta senter pada posisi tiang
8.      Memasang klem ujung tiang penompang
9.      Memasangan klem tengah tiang penompang
10.  Pengerasan

























JOB SHEET 3
 INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

A.    Tujuan Instruksional
a.       Mampu membaca gambar single line diagram dan instruksi manual yang diberikan.
b.      Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk pemasangan Guy-wire dan Strut-pole (sesuai instruksi manual).
c.       Mampu memasang peralatan yang digunakan pada pemasangan guy-wire dan strut-pole sesuai dengan gambar tata-letak yang diberikan.
d.      Setelah melaksanakan pemasangan jaringan distribusi peserta mampu melaksanakan mampu memahami : ketentuan umum, mendirikan tiang sesuai rencana, melaksanakan stringing, memasang jaringan distribusi Tegangan rendah, memasang trafo distribusi 1 fasa dan 3 fasa.
e.       Mampu menjelaskan ketentuan umum dalam pelaksanaan pemasangan jaringan distribusi.

B.     Tinjauan Kepustakaan
a.       Kriteria pemasangan trekschor
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang akhir atau tiang sudut sesuai rangcangan SUTM pada trase bersangkutan. Memeriksa ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
b.      Pemasangan guy-wire / trekschor atau topang tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang akhir atau tiang sudut sesuai rancangan konstruksi SUTM pada trase beersangkutan. Memeriksa ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
c.       Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai ;
·         Topang tarik (Down Guy Wire / Trekschor)
·         Topang tekan (Strut Pole / DrukSkur)
·         Kontramast (Span Guy Wire)

d.      Instalasi guy-wire / trekschor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul beban mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
·         Konstruksi guy-wire / trekschor
·         Konstruksi down guy wire / trekschor (topang tarik)
·         Konstruksi over head guy wire / trekschor (kontramast)
·         Konstruksi drukschor / strutpole
·         Instalasi patok guywire / trekschor

C.     Standar Kompetensi

Sub Kompetensi
Tindakan
Mampu menentukan dan memasang tiang TM awal sesuai standar
a.       Memeriksa hubungan terminal ohm saklar dan memasangkannya pada dinding sebagai suplai masukan.
b.      Menghubungkan ohm saklar dengan trafo step up pada sisi 220/380 volt.
c.       Melakukan pengujian/commissioning sesuai standar.









D.    Gambar Kerja/Praktek

Gambar 1.16 Terminal Kabel
E.     Material Yang digunakan
a.    Tiang
b.    Semen
c.    Kerikil
d.      Pasir
e.       Papan

F.      Peralatan Kerja
a.       Gergaji
b.      Cangkul
c.       Bor tangan
d.      Kunci pas
e.       Linggis
f.       Kunci ring

G.    Deskripsi Kerja/Praktek Sesuai job sheet
a.       Setiap kelompok / group mempersiapkan peralatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai dengan gambar kerja.
b.      Mempersiapkan “safety” dan menggunakannya.
c.       Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d.      Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari instruktur yang bersangkutan.

H.    Instruksi Manual
1.      Memasang Konstruksi Topang Tarik / Guy Wire Tiang Sudut TM-2
a.       Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
b.      Menanam concrete-blok pada kedalam hingga ujung rod-anchor 30 cm dari permukaan tanah pada lobang yang telah disediakan dan memasangkannya pada tiang sudut TM-2. Menanam anchor blok 400x400 mm pada lobang yang telah digali dengan kemiringan “guy wire” 45 s/d 60 derajat. Anchor blok dan besi anker ditanam pada kedalaman 1,5 meter atau 30 cm ujung keluaran besi anker dari permukaan tanah.
2.      Memasang / Mendirikan Penopang Tiang (Tiang Tekan “Strut Pole”)
a.       Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
b.      Melakukan penggalian tanah dengan lobang.
c.       Mengangkat tiang dilokasi lobang galian.
d.      Memasukkan tiang penopang pada lobang yang telah disediakan dan memasangnya pada tiang utama.
e.       Mengikat / mengunci ujung atas tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan “Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50”.
f.       Mengikat / mengunci bagian tengah tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan “Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50”, strut tie 1200 s/d 1500 mm (tergantung jarak kemiringan), Bolt & Nut M16x140 + 16x50.
g.      Mengangkat tiang dan kendalikan titik momen dan masukkan pada lobang.Uruk dengan tanah dan padatkan serta senter / luruskan posisi tiang.

























JOB SHEET 4
 INSTALASI TRAFO TIANG

A.    Tujuan Intruksional
Ø  Mampu mempersiapkan dudukan (lobang) tiang yang akan dipasang sesuai ketentuan dan ukuran tiang.
Ø  Mampu memasang tiang sesuai presedur yang diuraiakan pada “instruksi manual’ job-sheet.
Ø  Mampu memasang Transformator pada tiang sesuai instruksi manual’ job sheet.
Ø  Mampu menguji/memastikan bahwa tiang yang sudah dipasang tersebut layak gunakan (sesuai berat/kekuatan beban yang ditanggungnya).

B.     Tinjauan Kepustakaan
1.      Defenisi
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi  tenaga  listrik  yang  terpasang  di  Jaringan  Distribusi  berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut disalurkan ke konsumen.
2.      Fungsi Tiang Listrik
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan lapangan.
3.      Fungsi Transformator
berfungsi  sebagai  trafo  daya  merubah  tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.
C.     Standar Kompetensi
Trafo Tiang Ketercapaian
Ø  Mampu menentukan dan memasang Trafo Tiang sesuai standar
Ø  Menyiapkan lobang/dudukan tiang yang akan dipancang/ditanam.
Ø  Mendirikan tiang dan pemadatannya, sesuai standar.
Ø  Memasang Trafo pada tiang.
Ø  Melakukan pengujiaan/Comissiong sesuai standar.

D.    Gambar Kerja/Praktek
Catatan :       Elektroda bumi masing-masing pembumian di galvanis arrester, pembumian titik netral dan pembuian BKT dihubung secara elektris pada fondasi Gardu
E.     Material Yang Digunakan
Secara umum komponen utama Trafo tiang  adalah sebagai berikut :
1.      Transformator  :  berfungsi  sebagai  trafo  daya  merubah  tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.
2.      Fuse  Cut  Out  (CO)  :  sebagai  pengaman  penyulang,  bila  terjadi gangguan  di  gardu  (trafo)  dan  melokalisir gangguan di  trafo  agar peralatan  tersebut  tidak  rusak.  CO  di  pasang  pada  sisi  tegangan menengah (20 kV).
3.      Arrester :  sebagai pengaman trafo  terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran petir dan switching (SPLNse.002/PST/73 ).
4.      NH  Fuse  :  sebagai  pengaman  trafo  terhadap  arus  lebih  yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap  gangguan  arus  lebih  yang  disebabkan  karena  hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
5.      Grounding   Arrester   :   untuk   menyelurkan   arus   ketanah   yang disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6.      Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa   yang sehat bila terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
7.      Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.




F.      Daftar material untuk pekerjaan
               Komponen                                   Satuan                    Jumlah

1        Ground rod 2,5 m                               Buah                            2
2        Ground rod 1,5 m                               Buah                            4
3        Cincin rod                                           Buah                            6
4        NYA 50 mm2                                     Meter                           10
5        NYA 70 / 95 mm2                              Meter                           6
6        NYA 120 / 150 mm2                          Meter                           6
7        BC Draad 50 mm                                Meter                           5
8        AAAC 70 mm2                                  Meter                           46
9        NYAF 50 mm                                     Meter                           2
10      CCT 6 T 6 (95 / 95 mm)                      Buah                            6
11      STT 5 T 5 (70 / 70 mm)                       Buah                            6
12      STT 7 T 7’ (120 / 120 mm)                 Buah                            4
13      STT 8 T 8 (150 / 150 mm)                   Buah                            4
14      SAA 5 T 5 (70 / 70 mm)                     Buah                            7
15      SAA 5 T 4 (70 / 50 mm)                     Buah                            6
16      SAT 4 (50 mm)                                   Buah                            6
17      SKT 6 (95 mm)                                   Buah                            12
18      SKT 7 (120 mm)                                 Buah                            12
19      SKT 8 (150 mm)                                 Buah                            8
20      SKA 5 (70 mm)                                  Buah                            2
21      CCO 5 T 5 (70 / 70 mm)                     Buah                            7
22      Skaklar Utama 630 A (bila rusak)       Buah                            1
23      Fuse base 400 A                                  Buah                            6
24      Fuse Holder/Smeldraad Holder          Buah                            6
25      Smel Draad 80 – 200 A                      Buah                            6
26      Fuse Ling 3 – 8 A                               Buah                            3
27      Pipa PVC AW ¾”                               Buah                            6
28      Stopping Buckle                                 Buah                            10
29      Link                                                     Buah                            10
30      Isolasi PVC Pipa                                 Rol                              1
31      Isolator Scot 23                                   Rol                              1
32      Contac Cliner/Sakapen                       Botol                           1
33      Silikon gress/Vaseline CC                                                       50
34      Stainless Steel Strap                            Meter                           15
35      Semen Kg                                                                               4
36      Minyak Trafo                                      Liter                            25
37      Alkohol                                               Liter                            1
38      Kain Majun                                         Kg                               1
39      Cat/Meni Besi (abu-abu)                     Kg                               1
40      Thinner                                                Liter                            1
41      Engsel                                                 Buah                            1

G.    Peralatan Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang memadai baik peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang dibutuhkan sebagai berikut :
Alat Ukur
Ø  AVO Meter
Ø  Megger 1.0 Volt, 5.000 Volt, 10.000 Volt
Ø  Earth Tester
Ø  Tang Amper dengan range 1.000 Amper
Ø  Infrares
Ø  Drivelt/Phasa Detector dll.
Peralatan
Ø  Shcakel Stick 20kV 13 meter
Ø  Kunci Shock (satu set)
Ø  Kunci Ring (satu set)
Ø  Kunci Inggris
Ø  Tang Kombinasi
Ø  Tang Kupas/Potong
Ø  Obeng Minus
Ø  Obeng Plus
Ø  Gergaji Besi
Ø  Palu
Ø  Corong Minyak
Ø  Slang Plastik
Ø  Pompa Minyak (plastik)
Ø  Kain Lap Majun
Ø  Kertas Gosok
Ø  Dies Compression
Ø  Cable Cutter 600 – 900 mm
Ø  Tangga Fiber Glass 7 m
Ø  Stainless Steel Belt/Stopping Tool
Ø  Botol Kosong Bersih + Tutup
Ø  Kuas
Ø  Kikir dll.
Perlengkapan K3
Ø  Sabuk Pengaman
Ø  Helm
Ø  P3K
Ø  Sarung Tangan Katun
Ø  Sepatu Kerja dan lain-lain

H.    Diskripsi Kerja/Praktek
Perencanaan konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus menjadi satu kesatuan dengan perencanaan jaringan SUTM-nya. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya dan akurasi vertikalnya. Persiapkan seluruh komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi. Termasuk yang harus diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak dan besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
Packing transformator
Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati, misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel)
Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan, pemeriksaan antara lain :
          Daya/ Kapasitas.                     : kVA
          Tegangan Sisi Teg. Tinggi       : Volt
          Tegangan Sisi Teg. Rendah    : Volt
          Tingkat Pengaturan Tegangan            :
          Pengujian Ketahanan Isolasi antara    :
          sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM)
          sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E)
          sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E)

I.       Instruksi Manual Praktek
A. Persiapan Awal
1.      Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2.      Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
3.      Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
4.      Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari instruktur yang bersangkutan.
Keterangan :      Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaa/Praktek belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.












































JOB SHEET 5
 INSTALASI PANEL APP

A. Tujuan Instruksional
1.      Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2.      Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk panel APP [sesuai instruktion manual].
3.      Mampu memasang peralatan yang digunakan pada panel APP sesuai gambar tata-letak yang diberikan.
4.      Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak dioperasikan.

B. Tinjauan Pustaka
PANEL APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai / pelanggan listrik (untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan (PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.9 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah


Keterangan:
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR : Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Papan Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan

SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD / TR merupakan penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat ukur / instrumen yang digunakan adalah alat pengukur : Kwh, KVARh, KVA maksimum, arus listrik dan tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu :
Ø  Pengukuran primer atau juga disebut pengukuran langsung, terdiri dari pengukuran primer satu fasa untuk pelanggan dengan daya dibawah 6.600VA pada tegangan 220V / 380V, dan pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6.600V sampai dengan 33.000VA pada tegangan 220V / 380V.
Ø  Pengukuran sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung (menggunakan trafo arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53KVA sampai dengan 197KVA.Sedangkan yang dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk menentukan batas pemakaian daya sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan adalah :
Ø  Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100A digunakan MCB dan diatas 100A digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa disetel.
Ø  Pada sistem tegangan menengah biasanya digunakan pelebur tegangan menengah atau rele.

Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.
Gambar 1.17 Kwh meter satu fasa analog dan digital

Gambar 1.18 Kwh meter tiga fasa analog dan digital
Gambar 1.19 Kwh meter tiga fasa dan KVARh

Sesuai dengan DIN 43 856 cara penyambungan alat pengukur atau penghubung daya dinotasikan dengan kode berupa angka 4 digit yang diikuti dengan angka 2 digit yang menunjukkan penomoran sambungan.
·         Digit pertama menunjukkan macam-macam penghitung
·         Digit kedua menunjukkan bagian tambahan
·         Digit ketiga menunjukkan sambungan luar
·         Digit keempat menunjukkan penyambungan bagian tambahan
Sedangkan 2 digit berikutnya menunjukkan penomoran sambungan untuk tarif jam atau untuk pengendalian piringan.
Beberapa contoh kode dan cara penyambungan alat pengukur atau penghitung sebagai berikut :
Gambar 1.20 Rangkaian Kwh satu fasa dengan trafo arus

Penyambungan dengan Code 1010 atau 1010-00 berarti :
(1) : penghitung dengan daya nyata arus bolak-balik satu fasa
(2) : tanpa bagian tambahan
(3) : untuk sambungan dengan trafo arus
(4) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.21 Rangkaian Kwh dua fasa dengan sambungan tetap

Penyambungan dengan Code 2000 atau 2000-00 berarti :
(2) : penghitung daya nyata arus bolak-balik dua fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(0) : untuk sambungan tetap
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.22 Rangkaian Kwh tiga fasa dengan trafo arus dan trafo tegangan


Penyambungan dengan Code 3020 atau 3020-00 berarti :
(3) : penghitung daya nyata arus bolak-balik tiga fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(2) : untuk sambungan dengan trafo arus dan trafo tegangan
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan Putar
Tabel 1.2 Standar Daya PLN

Tabel 1.2  Standar Daya PLN
C. Standar Kompetensi
Sub kompetensi tindakan
1.      Mampun menjelaskan bagian-bagian dan komponen pada panel APP.
2.      Mampu menentukan dan memasang komponen pada panel APP.
3.      Mampu melepaskan komponen-komponen yang ada pada panel dan memasangkannya pada posisinya berdasarkan gambar yang ada.
4.      Mampu menguji hasil pemasangan.
5.      Membuka pintu panel APP dan dengan kunci yang disediakan.
6.      Memeriksa hubungan terminal panel APP dan kelengkapan anak kontaknya dan Memasangkannya pada ruang yang telah disediakan.
7.      Membuka dan memasang kembali hubungan pada panel APP sesuai dengan ketentuan.
8.      Memeriksa kabel sisi tegangan 20 kV yang akan digunakan untuk menghubungkan panel APP dengan sistem lainnya.
9.      Memasang skond kabel (membersihkan ujung kabel).
10.  Melakukan pengujiaan/Comisioning sesuai standar.


E. Material Yang Digunakan
·         Kabel NYA 25-35 mm
·         Scound cable
·         isolasi
F. Peralatan Kerja
Peralatan
1.      Tang fuse
2.      Tang scound
3.      Pisau
4.      Obeng
5.      Tang kombinasi
6.      Tang buaya
7.      Tang kupas
8.      Tang potong
Perlengkapan K3
·         Sabuk Pengaman
·         Helm
·         P3K
·         Sarung Tangan Katun
·         Sepatu Kerja dan lain-lain
G. Diskripsi Kerja/Praktek
G.1. Persiapan awal
1.    Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2.    Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
3.    Memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan.
4.    Sebelum mengoperasikan/melakukan Pekerjaan Pemasangan peralatan /jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi didalam pengoperasiannya.
G.2. Memasang dan Penginstalasian panel APP
1.      Melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi stanby.
2.      Menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel APP.
3.      Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put kabel masukan.
4.      Menentukan Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
5.      menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6.      Menentukan jenis kabel yang digunakan.
7.      pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8.      memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9.      menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
G.3. Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP
1.      Peralatan apa saja yang terdapat pada “cell” panel APP dan mencatat/ mendata name-plate masing-masing peralatan.
2.      Menentukan Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3.      Menggambar sistem hubungan masing-masing peralatan dan penandaannya.
4.      Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5.      Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
6.      Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
7.      Memastikan hubungan sistem pengetanahan peralatan

G.4. COMMISSIONING
Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik pengujian mekanis maupun pengujian elektrik.
H. Instruksi Manual Praktek
2.1  Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.2  Memasang dan Penginstalasian panel APP.
2.3  Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP.
2.4  Melakukan pengujian / commisioning pada panel APP
























JOB SHEET 6
INSTALASI GROUNDING

A.    Tujuan Instruksional
1.      Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2.      Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk system pembumian (sesuai instruktion manual).
3.      Mampu  memasang  peralatan yang digunakan pada system pembumian sesuai gambar tata-letak yang diberikan.
4.      Mampu  menguji/memastikan bahwa peralatan  yang  sudah dipasang/diinstal tersebut layak dioperasikan.
B.     Tinjauan Kepustakaan
Grounding adalah sistem proteksi peralatan yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir.
Fungsi Grounding :
1. Grounding Penangkal Petir
2. Grounding Listrik :
ü  Grounding Listrik rumah
ü  Grounding Listrik kantor
ü  Grounding Listrik gedung
ü  Grounding Listrik pabrik
3. Grounding Instalasi Listrik :
ü  Grounding instalasi  listrik rumah
ü  Grounding instalasi  listrik kantor
ü  Grounding instalasi  listrik gedung
ü  Grounding instalasi  listrik pabrik
4. Grounding Instalasi Jaringan Listrik :
ü  Grounding instalasi jaringan listrik rumah
ü  Grounding instalasi jaringan listrik kantor
ü  Grounding instalasi jaringan listrikgedung
ü  Grounding instalasi jaringan listrik pabrik
Grounding Instalasi Listrik
Dalam sebuah instalasi jaringan  listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan (digroundingkan) atau sering juga disebut dibumikan.
Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah :
1.      Pada semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya.
2.      Pada Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
3.      Pada Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
4.      Pada titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.
Dalam praktik, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi 5 Ohm.
Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam tanah).
Komponen Grounding :
1.      Batang Grounding  tunggal (single grounding rod).
2.      Batang Grounding  ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3.      Anyaman Grounding (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
4.      Pelat Grounding (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
Tahanan Grounding selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara grounding dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan grounding adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar grounding yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari grounding tersebut. Arus listrik yang keluar dari grounding  ini menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang grounding, makin dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan grounding yang makin rendah.
Grounding / Pembumian yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai tahanan lebih kecil dari 5 Ohm untuk melindungi bangunan dan dibawah 1 Ohm untuk melindungi data. Tidak semua areal bisa mendapat nilai grounding yang baik dan benar, hal ini sangat bergantung oleh berbagai macam aspek seperti :
1.      Jumlah Kadar Air : bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan.
2.      Jumlah Mineral/garam : kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan karena semakin berlogam maka listrik semakin mudah menghantarkan.
3.      Tingkat Keasaman : semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin mudah menghantarkan.
4.      Isi Tekstur tanah : untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan  sulit untuk mendapatkan tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini air dan mineral akan mudah hanyut .
Single Grounding :
Yaitu instalasi grounding dengan hanya penancapan satu buah stick arus pelepas ke tanah dengan kedalaman tertentu ( sebaiknya 18 Meter)
Paralel Grounding  :
Bila sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 1 Ohm ) maka perlu ditambahkan jumlah stick arus pelepas dengan minimal jarak antar stick 5 mtr dan di sambung dengan kedaman masing-masing tetap 18 Meter, hal ini dilakukan berulang sampai menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 1 Ohm
Maximal Grounding  :
Bila pada daerah yang memiliki ciri :
1.      kering/air tanah dalam
2.      kandungan logam sedikit
3.      Basa (berkapur)
4.      Pasir dan Porous.
Biasanya agak sulit untuk mendapat nilai grounding diabwah 1Ohm, dan bila penggunaan 2 cara diatas gagal maka bisa digunakan cara penggantian tanah baru untuk daerah titik grounding tersebut

C.     STANDAR KOMPETENSI

Sub Kompetensi

Tindakan

1.      Mampu menentukan  Nilai    tahanan Pengetanahan sesuai aturan    berlaku ( < 4 Ohm).
2.      Mampu memasang tahanan  pengetanahan yang akan    digunakan.
3.      Mampu mengukur nilai tahanan   pengetanahan yang telah dipasang

1.      Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah/tanah yang akan digunakan.
2.      Menentukan material pengetanahan dan spesifikasinya yang akan ditanam/dipasang.
3.      Memasang dan menghubungkannya pada Trafo Step-up dan panel switchgear pada bagian bodi/rangkaian grounding atau ardenya.
4.      Mengukur hasil pemasangan dengan menggunakan “Earth Resistance”


D.    Material Yang Digunakan
ü  Earth tester
ü  Elektroda
ü  Kabel penghubung
ü  Penjepit

E.     Peralatan Kerja
ü  Meteran
ü  Palu

F.      Deskripsi Kerja/Praktek
1.      Earth testert digunakan untuk mengukur tahanan tanah yang akan digunakan untuk pembumian.
2.      Kabel penghubung digunakan untuk menghubungkan earth testert dengan elektroda.
3.      Penjepit digunakan untuk menjepit elektroda.
4.      Elektroda adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dansebagai kontak langsung dengan tanah yang diusahakan
G.    Langkah Kerja/Praktek
1.      Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah yang akan digunakan.
2.      Menentukan material pengentanahan dan spesifikasinya yang akan dipasang.
3.      Memasang dan menghubungkan pada trfao step up dan panel switchgear pada bagian rangkaian grounding atau ardenya.
































PART – 3
LEMBAR PENGAMATAN

1.      Gardu beton step-up

A.    Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek


Gambar 1.23 Gardu step Up

 









Gambar 1.24 Meger

Gambar 1.25 Tang Pres



Gambar 1.26 Pembukaan Isolasi Kabel NYFGbY
 











Gambar 1.27  tali Panjat


Gambar 1.28  Trek Bass
 







Gambar 1.2.7 Fuse Cut Out


Gambar 1.29  FCO
 









Gambar 1.30 Isolator Tarik

Gambar 1.31 TM 2
 







Gambar 1.31 TM 5
 










Gambar 1.32 Switchger
Gambar 1.32 Safety Belt
 








Gambar 1.2.13 Helm

Gambar 1.33 Helm

 




Gambar 1.2.14 Kunci-Kunci
Gambar 1.34 Kunci kunci

Gambar 1.35 Panel C.O.S

B.     Pembahasan
Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk `gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan peng-hubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam bangunan beton. Dalam mbangunannya semua peralatan  tersebut  di disain dan diinstalasi di lokasi     sesuai dengan ukuran bangunan gardu. Gambar 3-37 emperlihatkan  sebuah  gardu distribusi konstruksi beton. 
Gambar 1.36 Bagan satu garis Gardu Beton
Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan menengah), yaitu;
 a) Tegangan perencanaan 25 kV
b) Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;
 c) Impulse withstand voltage 125 kV;
d) Arus nominal 400A;
e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA;
 g) Short circuit making current 31,5 kA. Komponen tegangan rendah  (contoh rujukan PHB tegangan rendah), yaitu; 
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa); 
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa; 
c) Impulse withstand voltage 20 kV; 
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A; 
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A; 
f) Test ketahanan tegangan rendah.

Tabel 1.3 Harga Efektif (RMS)









Kesimpulan dan Saran

A.    Sambungan tenaga listrik tegangan menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan tegangan pelayanan 20.000 Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan dilakukan dengan cara:
a.       Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur tegangan menengah.
b.       Berdasarkan sei   ng relay pembatas sehingga memerlukan pemutus tenaga

 sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis konstruksinya,
dibedakan:
1.      Konstruksi Pasangan luar
Pasangan luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu portal. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
a.       Gardu portal lengkap tanpa transformator
b.      Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
c.       Trafo tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
d.      Pengaman lebur (fused cut out) i  pe HRC
e.       Panel APP IP 45
f.       Meter kWh  sekurang-kurangnya kelas 0,5
g.      Meter kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
h.      Time switch









PENGAMATAN 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

A.    Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek

B.     Pembahasan
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen, ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.  Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Pada kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat
kabel udara melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah
pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan
lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan mereka yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini
adalah beberapa contoh bentuk saluran kabel udara yang melewati lokasi
tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap lingkungan yang
tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan kabel.   

1.      Standarisasi Kontruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
a.       Konstruksi TM-1 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170°-180°.

Gambar 1.37 Konstruksi Tiang Penyangga TM-1 SUTM

Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1, bedanya TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua traves (cross-arm) dan enam buah isolator jenis pin insulator. Satu taves diletakkan pada puncak tiang, sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.

b.      KonstruksiTM-2 (tiang sudut)
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut 150° –170°, menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang sudut maka konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.

Gambar 1.38 Konstruksi Tiang Sudut TM-2 SUTM

Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-2D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan menggunakan double treck schoor yang diletakkan dibawah masing-masing traves.



c.       Konstruksi TM-3 (tiang tumpu).
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double traves. Isolator yang digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.
Gambar 1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM

Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya TM-3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12 isolator jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.




d.      Konstruksi TM-4 (tiang awal/akhir)
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir. Mempunyai double traves, dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan memakai treck schoor.
Gambar 1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM


Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor.

e.       Konstruksi TM-5 (tiang sudut)
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan antara 120° – 180°, menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis suspension dan tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.
Gambar 1.40  Konstruksi Tiang Penegang TM-5 SUTM

Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.


f.       Konstruksi TM-6 (tiang sudut).
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60° – 90°). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension insulator sebanyak 6 buah dan satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.
Gambar 1.41 Konstruksi Tiang Belokan TM-6 SUTM

Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

g.      Konstruksi TM-7 (tiang percabangan)
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan menengah dengan sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. Pada TM induk memakai isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai isolator suspension dan menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor. Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sudut siku (90°). Masing-masing satu traves disilang 2. TM induk memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator tumpu. Type isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

h.      Konstruksi TM-8 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D mempunyai double sirkuit.


i.        Konstruksi TM-9 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan.
Gambar 1.41  Konstruksi Tiang Belokan TM-9 SUTM

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.


j.        Konstruksi TM-10 (tiang sudut).
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada konstruksi tiang tikungan siku (sudut 60° – 90°). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator type suspension. Memakai treck skoor ganda.

k.      Konstruksi TM-11(tiang akhir/awal).
Konstruksi TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir, Opstijg kabel. TM double traves. Isolator type suspension. Satu traves untuk lightnig arrester. Dan memakai treck skoor.
Gambar 1.42  Konstruksi Tiang opstijg kabel TM-11 SUTM

Konstruksi TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah.

l.        Konstruksi TM-12 (tiag tumpu).
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi tiang pada hutan lindung. Mempunyai isolator jenis tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagaipenyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiangdalah gaya karena beban kawat.

m.    Konstruksi TM-13 (tiang tumpu).
Konstruksi TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung. Isolator type tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi TM-13 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiangadalah gaya karena beban kawat.



n.      Konstruksi TM-14 (tiag peregang).
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150° – 170°). Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension. Tidak memakai traves.




o.      Konstruksi TM-15 (tiang peregang)
Konstruksi TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi tiang tarik akhir dengan menggunakan Arrester. Mempunyai double traves. Type isolator tumpu. Memakai treck skoor.
Gambar 1.43 Konstruksi Tiang Akhir Dengan Arrester TM-15 SUTM

Konstruksi TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah.
p.      Konstruksi TM-16.
Konstruksi TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double traves. Isolator yang digunakan jenis suspension, dan jenis pin. Konstruksi TM-16 digunakan untuk jaringan yang melalui sungai dengan treck schoor.

q.      Konstruksi TM-16A.
Konstruksi TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya pada TM-16A digunakan untuk double circuit dengan 2 pasang double traves.
Gambar 1.44 Konstruksi Tiang Portal (Single Arm) TM-16 SUTM

r.        Konstruksi TM-17.
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan menggunakan isolator jenis suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini digunakan untuk jaringan bersudut 120°-180° dengan treck schoor.

s.       Konstruksi TM-18 (tiang sudut)
Konstruksi TM-18 ini digunakan untuk sudut 90° yang merupakan kontruksi tiang tarik vertikal yang menggunakan double treck schoor. Isolator yang dgunakan jenis suspension tanpa travers.

t.        Konstruksi TM-19 (tiang penyangga + LBS)
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break Switch) pada bagian puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang digunakan jenis suspension.
Gambar 1.45 Konstruksi Tiang LBS TM-19 SUTM





Kesimpulan dan Saran

B.     Sambungan tenaga listrik tegangan menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan tegangan pelayanan 20.000 Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan dilakukan dengan cara:
c.       Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur tegangan menengah.
d.       Berdasarkan sei   ng relay pembatas sehingga memerlukan pemutus tenaga

 sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis konstruksinya,
dibedakan:
2.      Konstruksi Pasangan luar
Pasangan luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu portal. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
i.        Gardu portal lengkap tanpa transformator
j.        Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
k.      Trafo tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
l.        Pengaman lebur (fused cut out) i  pe HRC
m.    Panel APP IP 45
n.      Meter kWh  sekurang-kurangnya kelas 0,5
o.      Meter kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
p.      Time switch

3.      Konstruksi pasangan dalam
Instalasi sambungan tegangan menengah ini adalah instalasi yangkeseluruhannya tertutup dalam suatu panel metal/metal clad. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
a.       Kubikel load break switch untuk saklar masuk dan keluar
b.      Kubikel trafo tegangan lengkap sekurang-kurangnya kelas 0,2
c.       Kubikel sambungan pelanggan dengan kelengkapannya
d.      Pemutus tenaga
e.       Relai pembatas
f.       Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
g.      Terminal sambungan pelanggan
h.      Kubikel sambungan pelanggan (tambahan jika belum ada di bui  r
i.        Panel APP IP 45
j.        Meter kWh  Meter kVARh 
k.      Time switch

C.     Seluruh komponen utama instalasi yaitu  transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi  pasangan batu dan beton (masonrywall building).
a.       Pemisah – Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b.      Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.
c.         Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai  pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat.  Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah  dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay) dan dapat  difungsikan sebagai alat pembatas beban.  Komponen utama PHB-TM  tersebut diatas  sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap),  yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d.        LBS  - TP (Transformer Protection)
Transformator distribusi dengan daya ≤ 630 kVA  pada sisi primer dilindungi pembatas arus dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing Capacity). Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi dengan LBS yang dipasang sebelum pengaman lebur.Untuk gardu kompak,  komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah terangkai sebagai satu kesatuan, dan  disebut  Ring Main Unit (RMU).























PENGAMATAN 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

A.    DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
1.      Data
Ø  Jarak Aman (Safety Distance).
Ø  Kekuatan Mekanis  Tiang Awal/Ujung Untuk Saluran Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang andongan 1 meter, tiang 9 meter
Ø  Kekuatan Mekanis Tiang Sudut Untuk Saluran Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang andongan 1 meter, tiang 9 meter

B.     LEMBARAN PENGAMATAN
Pemasangan instalasi pada jaringan rendah konstruksinya tergantung dari kondisi tempat pemasangannya. Kontruksi TR secara garis besar terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yaitu konstruksi tiang awal/akhir konstruksi tiang tumpu, konstruksi  tiang sudut, konstruksi  tiang percabangan dan tiang peregang
Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angle assembly (penggantung untuk tiang sangga/tumpu). Untuk konstruksi tiang sudut yaitu konstruksi TR2 yang digunakan dengan sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang belokan/sudut).
Kontruksi tiang penyangga silang terdiri atas beberapa macam bentuk yaitu kontruksi TR-4, kontruksi TR-4A, dan konstruksi TR-4B. Pada umumnya konstruksi tiang percabangan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk instalasi jaringan tegangan rendah pada persimpangan. Hal yang membedakanya yaitu bentuk konstruksi serta komponen yang digunakan dalam pemasangan jaringan tegangan rendah.
Untuk konstruksi tiang peregang terdiri juga atas beberapa bagian yaitu kontruksi tiang peregang dengan penghantar yang sama dan konstruksi tiang peregang dengan beda penampang.

C.     PEMBAHASAN
Pemasangan instalasi untuk jaringan tegangan rendah terdiri atas beberapa bentuk konstruksi, tegantung dari kebutuhan serta kondisi dari lokasi pemasangan jaringan tegangan rendah. Untuk konstruksi tiang awal/akhir (TR-3) terdiri atas komponen beberapa komponen yaitu Tension Bracket, Strain Clamp,Stainless Steel Strip 0,75 Meter, Stopping Buckle, Plastic Strap, PVC 2” – 50 Cm, Link, Dead end tubes, Low Voltage Twistad Cable.
Pada konstruksi tiang tumpu (TR-1) digunakan suspension small angle assembly yang berfungsi untuk penggantung penghantar pada tiang. Tiang sangga silang ada yang menggabungkan dua buah TR-1, yang memiliki arah yang berbeda. Selian itu tiang silang, ada yang konstruksinya yang mneggabungkan dua buah TR-2.
Untuk tiang sudut merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan. Konstruksi TR-5 ini selain menggunakan penghantar penampangnya sama juga ada pemasangan konstruksi yang pemasanganya menggunakan penghantar yang beda luas penampangnya.
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang pencabangan, yang menggunakan suspension small angle assambly dan fixed dead-end assambly untuk mengaitkan kabel.


D.    KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
1.      Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik.
2.      Konstruksi pemasangan tegangan rendah terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yang pemasangan dan jenis konstruksi yang akan digunanakan pada jaringan tegangan rendah tersebut tergantung dari lokasi pemasangan dan kebutuhan.
3.      Ada 10 jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-masing sesuai dengan kondis /rute jaringan di lapangan.


b.      Saran
Dalam melakukan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah perhatikan lokasi pemasangan. Lokasi dari pemasangan ini akan menentukan tipe konstruksi yang akan digunakan dalam pemasangan konstruksi tegangan rendah. Peralatan dan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar pemasangan jaringan berfungsi dengan semestinya. Selain itu pemasangan jaringan harus dilakukan seefisien mungkin baik biaya dan aktu pemasangan jaringan.










PENGAMATAN 4
 INSTALASI TRAFO TIANG

A.    DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
Karakteristik listrik  komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi  pada sisi Tegangan Menengah (TM), adalah :
Tegangan pengenal  :  24 kV
Frekuensi pengenal  :  50 Hz-
Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering standar (puncak) :125kV
          Inpulse DC test selama 1 menit    : 50 kV-
          Ketahanan tegangan jarak isolasi (- isolating distance) di udara  :
          Tegangan impuls, kering (puncak)     :  145 kV
          Inpulse DC voltage selama 1 menit      :  50 kV
          Ketahanan terhadap arus hubung singkat (1 detik)   :  12.5kV
          Arus maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik   :  1 kA
          Tegangan uji terhadap sirkuit bantu     :  2  kV
          Tegangan surja hubung dan Pemutus  Tenaga hampa udara 
          harus cocok untuk transformator terendam minyak (tanpa penangkap petir)
          dengan tingkat isolasi dasar (BIL)   :  125 kV
Karakteristik listrik  komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi 
pada sisi Tegangan Rendah (TR), adalah :
          Tegangan pengenal     :  230/400 V
          Frekuensi pengenal     :  50 Hz
          Tingkat isolasi dasar (puncak)    :  6 kV
          Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik,
PHB 250/500/630 A    :  0.5 kA
PHB 800 A      :  0.5 kA
PHB 1200 A     :  0.5 kA     
          KHA busbar      :         250/400/630
                                              800/1200 A
          Kapasitas pengaman lebur HRC   :  25 kA/400 V
          Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit :  2,5 Kv


B.     LEMBARAN PENGAMATAN
Deskripsi kerja pengamatan
Penginstalasian trafo distribusi
Memperhatikan panaikan trafo ke cross arm.
Memastikan kedudukan transformator yang erat pada cross arm dengan cara melakukan pengecekan mur dan baut pengikat trafo.
Pemasangan penghantar pembumian            Pemasangan pembumian untuk titik netral trafo ditempatkan terpisah.
Pembumian lightning arrester dan bagian konduktif terbuka disambungkan dengan tembaga 50mm^2.
Penginstalasian kabel 20KV Pemasangan sepatu kabel harus dilaksanakan dengan hati-hati serta memilih konduktor yang tepat untuk pemasangan antar kabel.
Instalasi kabel  tegangan rendah
Menyesuaikan ukuran kabel dengan keluaran trafo.
Memasang pembumian untuk kabel tanah.
          Penandaan trafo tiang Memberikan identitas pada trafo:
          Nomor gardu
          Tanda peringatan
          Data historis
          penyelesaian    Memperhatikan kelayakan operasi dari trafo

C.     PEMBAHASAN
1. lokasi pemasangan
Pemasangan trafo tiang memperhatikan unsur keselamatan dan jarak keamanan. ruang bebas hambatan atau right of way pada Gardu Tiang  adalah daerah bebas dimana gardu tersebut berlokasi. Pada ruang bebas  tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan komponen gardu beserta kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia akses jalan masuk-keluar gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan pemeliharaan/perbaikan gardu.
Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 kV  sesuai dengan ketentuan Saluran Udara Tegangan Menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi gardu.
2. proses pemasangan
Perencanaan konstruksi Gardu Tiang lazimnya   sudah harus menjadi satu kesatuan dengan perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih dahulu kebenaran peta rencana lokasi pendirian Gardu Distribusi, detil konstruksi dan perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu berada di tanah  sertifikat hak milik, harus diperoleh izin tertulis penggunaan tanah untuk gardu dari pemilik tanah. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya  dan akurasi vertikalnya. Persiapkan seluruh komponen utama dan  kelengkapan instalasi  Gardu Tiang di lokasi. Termasuk yang harus diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan  dengan jarak-jarak dan besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
1.      Packing transformator.
2.      Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang     disepakati, misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel).
3.      Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
4.      Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan, pemeriksaan antara lain :

ü  Daya/ Kapasitas
ü  Tegangan Sisi Teg. Tinggi
ü  Tegangan Sisi Teg. Rendah
ü  Vektor Group
ü  Tingkat Pengaturan Tegangan
ü  Pengujian Ketahanan Isolasi antara
ü  sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM).
ü  sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E).
ü  sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E).


D.    KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
o   Pemasangan trafo tiang harus memperhatikan lokasi serta jarak yang aman.
o   Terdapat perbedaan antara pemasangan trafo pada jaringan tegangan tinggi dan jaringan tegangan menengah. Seperti perbedaan pemasangan titik pembumian serta instalasi kabel ke trafo tiang.
o   Sebelum trafo dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial
b.      Saran
o   Dalam pemasangan trafo tiang terlebih dahulu dilakukan kelayakan lokasi.
o   Memastikan pemasangan sepatu kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
o   Memastikan peletakan trafo pada tiang telah terpasang dengan erat.
o   Melakukan pengujian sebelum trafo dioperasikan.



PENGAMATAN 5
INSTALASI PANEL APP

A.    LEMBAR PENGAMATAN
Pada panel APP terdapat 6 buah fuse, saklar ON, OFF, kabel R, S, T, N, dan PE, alat ukur. Fasa R yaitu menggunakan kabel jenis NYA 25-35 mm dengan scound kable warna merah, sedangkan S kuning, dan T biru.

B.     PEMBAHSAN
Sebelum melakukan praktek mengenai panel APP  Setiap Kelompok / Group terlebih dahulu mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja. Setelah itu  mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya, seperti sarung tangan, sepatu karet, helm, dan peralatan safety lainnya yang dibutuhkan agar terhindar dari bahaya yang beresiko. Setelah itu praktikkan  memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS tegangan yaitu dengan memastikan bahwa keadaan toggle saklar pada keadaan OFF. Namun sebelum mengoperasikan/melakukan pekerjaan pemasangan peralatan/jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi didalam pengoperasiannya. Setelah itu barulah mempraktekkan mengenai cara Memasang dan Penginstalasian panel APP. Yaitu dengan langkah pertama  melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi stanby (OFF) . Sebelum membuka peralatan yang sudah terpasang pada panel praktikkan terlebih dahulu menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel APP kemudian menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put kabel masukan agar pada saat pemasangan kembali tidak mengalami kesulitan. Untuk membuka fuse, digunakanlah alat yang dinamakan dengan tang fuse. Setelah itu praktikkan  menentukan simbol diagram dan diagram pengawatanya, menentukan urutan fasa dan warna kabel, Menentukan jenis kabel yang digunakan , pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa, memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa. Setelah selesai memasang kembali peralatan sesuai dengan ketentuannya kemudian barulah melakukan pengujian atau  COMMISSIONING. Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik pengujian mekanis maupun pengujian elektrik.

C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
ü  Pemasangan panel APP harus memperhatikan ketentuan sesuai dengan diagram pengawatannya.
ü  Sebelum membuka panel APP sebaiknya meletakkkan saklar pada posisi off.
ü  Sebelum panel APP dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial.
2.      Saran
Dalam pemasangan panel APP terlebih dahulu dilakukan kelayakan lokasi dan sesuai ketentuan yang berlaku.
ü  Memastikan pemasangan scound kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
ü  Membuka dan memasang fuse dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan fuse pada panel APP. Demikian juga dengan komponen lainnya.
ü  Memastikan pemasangan komponen panel APP telah terpasang dengan seestinya dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Melakukan pengujian sebelum rangkaian dioperasikan



PENGAMATAN 8
INSTALSI GROUNDING

A.    DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PEKERJAAN/PRAKTEK
Ø  DATA
Panjang elektroda = 130 cm
Panjang elektroda yang dipancang ke dalam tanah = 30 cm
Tahanan tanah yang diukur = 7 Ω
Jarak antar elektroda = 10 meter

Ø  DOKUMENTASI
Earth tester
Batang elektroda
Kabel penghubung earth tester dengan elektroda
Pemasangan elktroda dengan kabel penghubung earth tester

B.     LEMBAR PENGAMATAN
Dari praktek dan pengamatan langsung yang telah dilaksanakan praktikan terhadap sistem pembumian maka dapat diketahui bahwa sistem pentanahan atau pembumian adalah sistem kelistrikan yang terhubung secara tidak langsung antara rangkaian listrik dengan bodinya (sistem rangkaian balik) yang bertujuan untuk menmgamankan manusia dan juga peralatan lainnya.
Untuk mengukur tahahanan suatu tanah maka dapat diukur dengan menggunakan alat ukur earth tester. Eart tester mempunyai 3 terminal yaitu terminal E,P, dan C. Pada praktek kali ini praktikan menggunakan 3 buah elektroda yang berbentuk batangan tembaga dengan tahanan jenis 0.0177 x 10 -6  Ωm. eletroda dipasang sejajar. Elektroda pertama merupakan elektroda utama, sedangkan elektroda kedua merupakan elektroda bantu, dan elektroda ketiga merupakan elektroda pembanding.
Jarak antar elektroda adalah 10 meter, dengan panjang batang elektroda 130 cm. elektroda dipancangkan ke dalam tanah dengan kedalaman 30cm. Pada earth tester, terminal E (earth) dihubungkan ke elektroda utama dengan menggunakan kabel berwarna hijau. Terminal P (potensial) dihubungkan ke elktroda bantu dengan menggunakan kabel berwarna kuning. Terminal C (current) dihubungkan ke elktroda pembanding menggunakan kabel berwarna merah. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tahanan tanah yang diukur adalah sebesar 7 Ω. Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Elektroda merupakan penghantar yang dihantar di dalam tanah dan sebagai kontak langsung dengan tanah yang diusahakan mencapai titik air tanah.

C.     PEMBAHASAN
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam data center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for Powering and Grounding Electronic Equipment.
Tujuan Utama Sistem Pentanahan
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.
Karakteristik Sistem Pentanahan yang Efektif
Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:
1.      Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada data center harus merupakan koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah-kaidah tertentu.
2.      Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
3.      Sesuai dengan ukuran, TIA-942 menyediakan guideline untuk setiap komponen pada data center.
4.      Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
5.      Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial listrik yang sama.

Isu Pentanahan dan Kelangsungan Listrik
Isu yang paling penting terkait dengan kelangsungan listrik antara lain adalah susunan rack dan kabinet, perlindungan electrostatic discharge (ESD), dan susunan pentanahan dari switches, server, dan power
SYARAT – SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF
1.      Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan pemakaian.
2.      Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :
o   Bahan Konduktor yang baik
o   Tahan Korosi
o   Cukup Kuat
3.      Jangan sebagai sumber arus galvanis.
4.      Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
5.      Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
6.      Biaya pemasangan serendah mungkin.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
1.      Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan yang ditanahkan.
2.      Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3.      Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.
Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
TAHANAN JENIS TANAH (ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :

1.      sifat geologi tanah
2.      Komposisi zat kimia dalam tanah
3.      Kandungan air tanah
4.      Temperatur tanah
5.      Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
Sifat Geologi Tanah
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.
Tabel. 1
No.    JENIS TANAH                                         TAHANAN JENIS TANAH( ohm.meter) 
1.       Tanah yang mengandung air garam                30
2.       Rawa                                                               100
3.       Tanah liat                                                        200
4.       Pasir Basah                                                      500
5.       Batu-batu kerikil basah                                   1000
6.       Pasir dan batu krikil kering                             3000
7.       Batu                                                                5 – 6

Tabel 1.4  harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.

KOMPOSISI ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.
KANDUNGAN AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
TEMPERATUR TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
ELEKTRODA PENTANAHAN
Jenis Elektroda pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan yaitu :
1.      Elektroda Batang
2.      Elektroda Pelat
3.      Elektroda Pita
Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
ELEKTRODA BATANG
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain.
ELEKTRODA PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
ELEKTRODA PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
1.      Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.
2.      Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia yang biasa di pakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
3.      Dengan Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
Jenis jenis Elektroda
1.      Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki..
Pasangan electrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Syaratnya adalah:
Ø Mematuhi persamaan Nerst bersifat reversible
Ø Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Ø Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Ø Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Ø Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
2.      Elektroda Indikator
a.       Pengertian Elektroda indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bergantung terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur(vogel:).
b.      Jenis-jenis elektroda indicator
                                                                    i.            Elektroda indikator logam
Ø   Elektroda jenis pertama
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi Mn+ dalam Mn+|M reaksi setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan elektroda logam murni yang memepertukarkan kationnya langsung dengan logamnya.Elektroda jenis pertama tidak banyak digunakan karena sangat tidak selektif dan merespon kation lainnya yang mudah tereduksi. Kelemahan dari elektroda ini tidak terlalu selektif, kadang bereaksi dengan katon lain yg lebih mudah tereduksi, elektroda logam dangat mudah teroksidasi
Ø   Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X dalam MXn|M reaksi setengah redoks. Logam tidak hanya merespon kationnya tetapi juga merespon anion yang membentuk endapan sedikit larut dan kompleks stabil dengan kationnya. Elektroda jenis ini memiliki ion-ion yang tidak bertukar elektron langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya, anion akan mengatur konsentrasi kation yang bertukar elektron dengan elektroda.                                            
Ø  Elektroda redoks
Elektroda inert yang dapat ¬menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah redoks.
                                                                  ii.         Elektroda membrane
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada  membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun menghentikan ion-ion lain.
Ø   Potensial membrane
Suatu perubahan potensial pada sebuah membran konduktif dimana sisi yang berlawanan kontak (berhubungan) dengan larutan yang memiliki komposisi berbeda.
Ø   Elektroda selektif ion
Sebuah elektroda dimana potensial membrannya merupakan fungsi konsentasi dari satu ion tertentu.
Ø   Elektroda kaca
Sebuah elektroda selektif ion berdasarkan membran kaca yang potensial terbentuk dari reaksi pertukaran ion pada permukaan membran.
Ø   Elektroda membran Kristal
Sebuah elektroda selektif ion yang didasarkan pada kelarutan yang kecil dari bahan kristal anorganik. Tidak hanya kaca saja yang selektif terhadap kation, tetapi beberapa zat padat lainnya juga selektif terhadap kation. Sebagai contoh kristal tunggal lantanum florida yang bertindak sebagai membran digunakan untuk menetapkan ion fluorida. Kristal itu dikontaminasi dengan suatu unsur tanah langka, europium(II), untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini mampu merespon ion fluorida smpai konsentrasi 10-5 M.
Ø   Elekroda membran liquid
Sebuah elektroda selektif ion di mana chelating agen dimasukkan ke dalam membran hidrofobik. Perbandingan antara elektroda kaca konvensional dengan elektroda membran liquid.(sumber: Fundamentals of Analytical Chemistry)
Elektroda jenis ini menggunakan cairan yang tidak bercampur dengan air sebagai membrannya. Elektroda membran cairan menghasilkan potensial dari kedua larutan yang mengandung analit dan liquid-ion exchanger. Cairan tersebut akan mengikat dengan selektif ion yang akan ditetapkan. Sebagai contoh elektroda ion kalsium yang menggunakan suatu penukar kation yang mengandung asam fosfat.
Ø   ISFETS
ISFET adalah ion-sensitif field effect transistor yangdigunakan untuk mengukur konsentrasi ion dalam larutan, ketika konsentrasi ion (seperti H +, lihat skala pH) mengalami perubahan, arus melalui transistor akan berubah sesuai. Di sini, solusinya digunakan sebagai elektroda gerbang. Sebuah tegangan antara substrat dan permukaan oksida muncul akibat selubung ion.
Ø   Elktroda enzim
Sebuah elektroda yang merespon konsentrasi substrat dengan mereaksikan substrat dengan enzim yang statis, menghasilkan ion yang dapat dipantau dengan ion-selektif elektroda.
                                                                iii.          Gas sensing probe
Gas sensing probe adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada konsentrasi gas dalam larutan.
c.       Pemilihan elektroda indikator
Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan(skoog).











D.    KESIMPULAN
1.      Pentanahan tergantung kepada jenis tanah dan jenis alat yang akan di bumikan
2.      Pentanahan yang baik adalah dengan menggunakan kawat tembaga murni agar tidak terjadi arus eksi tasi.
3.      Penggunaan elektroda harus sesuai dengan alat dan cara merangkai peralatan untuk memperkuat pembumiannya.

            SARAN
1.      Melakukan kombinasi komponen elektroda untuk memperkuat pembumian secara paralel,lingkaran.Biasanya ini digunakan untuk pembumian trafo.
2.      Besar arus lebih yang melalui elektroda harus di seimbang dengan tahanan elektroda sendiri.            

















DAFTAR    PUSTAKA

1.       Buku PLN  1 Kriteria  Design engeneering kontruksi jaringan distribusi  tenaga listrik,2010
2.       Buku PLN 2 standart kontruksi tenaga listrik ,2010
3.       Buku PLN 3 standart kontruksi jaringan tegangan rendah  tenaga listrik,2010
4.       Buku PLN 4 Standart kontruksi  gardu distribusi dan gardu hubung tenaga listrik,2010
5.       Buku PLN 5 standart kontruksi jaringan tegangan Menengah tenaga listrik,2010