BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
pemerintah telah mendirikan program pendidikan siap pakai untuk industry
seperti Politeknik. Dengan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di
Politeknik lulusannyadapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan di dunia kerja. Namun terlebih dahulutentu saja mahasiswa mesti
mengenal dunia kerja di industrisebelum terjun secara secara penuh nantinya.
Laporan
paraktek bengkel in disusun berdasarkan keaksiatan yang dipelajari selama praktek
pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah
(SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Sudah tentu peranan suatu lembaga pendidikan dalam hal
ini Politeknik Negari Padang sangatlah penting dalam pemahaman dan skil pada
siatem distribusi baik SUTM maupun SUTR dalam arti penyimpan tenaga teknis yang
sangat dibutuhkan dalam Negara berkembang atau mencapai suatu Negara yang maju
dan modern.
A. Tujuan
Dengan mengetahui latar belakang dari pelaksanaan
praktek sebelumnya, maka kita perlu mengetahui tujuan praktek pengoperasian
swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan
saluran udara tegangan rendah (SUTR) dan tujuan dari penulisan laporan ini.
1.
Tujuan
umum.
Tujuan umun dari pelaksanaan pengoperasian swictger,
pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara
tegangan rendah (SUTR) adalah sebagai berikut :
1.
Agar
mahasiswa lebih mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori system
distribusi.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana cara kerja dan pengoperasian swictger serta pemasangan
konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan
rendah (SUTR).
3.
Agar
mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan swictger serta
peralatan dan meterial yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara
teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
4.
Mengembangkan
dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori dan praktek
yang telah dilaksanakan.
5.
Meninggakatkan
keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja dilapangan
serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.
2.
Tujuan
Penulisan Laporan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
1.
Agar
mahasiswa mengetahui dan memahami cara kerja swictger serta pengoperasiannya.
2.
Untuk
lebih mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saluran udara
tegangan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
3.
Agar
mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja pada gardu beton maupun gardu
tiang.
Setelah kita mengetahui
tujuan-tujuan yang tersebut diatas maka penulis mengharapkan pembaca dapat
memahami dan mempelajari materi yang ada.
B.
LANDASAN
TEORI
1. GARDU DISTRIBUSI
Gardu
listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
b) PHB tegangan rendah.
Masing-masing
dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen
proteksinya. Jenis-jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain
berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan Pemda
setempat, yaitu:
1)
Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton);
2)
Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi);
3a)
Gardu Distribusi tipe tiang portal,
3b)
Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang); dan
4a)
Gardu Distribusi mobil tipe kios,
4b)
Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu
Mobil).
Komponen-komponen
gardu:
a) PHB sisi
tegangan rendah;
b) PHB pemisah saklar daya);
c) PHB pengaman transformator);
d) PHB sisi tegangan rendah;
e) Pengaman tegangan rendah; f) Sistem pembumian;
g) alat-alat
indikator.
Instalasi
perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri atas
3 bagian, yaitu : 1) Sirkit masuk + sakelar; 2) Rel pembagi; 3) Sirkit keluar +
pengaman lebur maksimum 8 sirkit Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator
distribusi yang dipakai.Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel
daya antara kubikel ke transformator minimal 125 % arus beban nominal
transformator.
Pada
beban konstruksi memakai kubikel TM single core Cu : 3 x 1 x 25 mm2atau
3x1x35mm2. Antara transformator dengan Rak TR memakai kabel daya
dengan
KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti tunggal
masingmasing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm2
KONSTRUKSI GARDU BETON
1.
Standar Tata-Letak (lay-out)
Karena seluruh
peralatan berada dalam ruang tertutup, bangunan gardu secara keseluruhan tidak
dipersyaratkan ruang bebas hambatan atau
Right of Way (ROW) dari tegangan sentuh. Untuk kondisi di
wilayah/perkotaan yang seringkali tidak dapat dikendalikan
peruntukan/kepemilikan tanah gardu, maka diperlukan ruang bebas hambatan untuk
tujuan perolehan udara yang dipersyaratkan bagi temperatur lingkungan (ambient
temperature).
2.
Konstruksi
Instalasi Gardu Beton Instalasi
Hubung 20 kV.
Pada perlengkapan
hubung tegangan menengah 20 kV gardu
distribusi pasangan dalam umum
terdiri atas beberapa
jenis kubikel :
1.
Kubikel Pemutus Beban – Load Break Switch (LBS)
2.
Kubikel Pemisah – Disconnecting Switch (DS).
3.
Kubikel Pengaman Transformator – Tranformator Protection (TP) dengan saklar Load Break Switch (LBS)
dan Proteksi Arus Lebih jenis pengaman lebur.
Gambar
1.1 Bagan satu Garis Pelanggan TM
Pilihan penggunaan LBS,
TP tergantung pada kebutuhan kelengkapan gardu distribusi tersebut. Sebagai
peralatan proteksi dan switching gardu distribusi yang dicatu dari loop sistem
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM), lazimnya harus dilengkapi dengan
PHB-TM dengan susunan rangkaian sebagai berikut :
LBS – LBS – TP 1.
LBS – TP 2.
LBS – LBS – PMT – SP 3.
TP – LBS – LBS – PMT –
SP 4.
Pada Gardu Pelanggan
Umum, peralatan switching SKTM sistem phi (π) dilengkapi 2 LBS. Sedang pada
sistem Antena, cukup dengan 1 LBS saja.
2.
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
1.
Gambaran
Umum SUTM
Pada
pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan
tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha
Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan
ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20
kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan
ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase
dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut
menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara
Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta
kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama.
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :
1.
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak
digunakan untuk konsumen,
ciri
utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan
isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar
telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi
penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau
dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar
yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated
single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap
tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko
gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.
Gambar
1.2.
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2.
Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah
(SKUTM)
Untuk
lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik, penggunaan
penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi
jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan
konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak
perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi
pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.
Gambar
1.3
Kabel Udara Tegangan Menengah (KUTM)
3.
Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah
(SKTM)
Konstruksi
SKTM adalah konstruksi yan aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik
Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama.
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan,
konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan
konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan
Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan utama
pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas
pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil
resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan keamanan
ketenagalistrikan.
Penerapan
instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara
Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi
konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan perhatian.
Gambar 1.4
Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM)
4.
Material Utama Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM)
a.
Panghantar
Panghantar
yang digunakan untuk SUTM ada dua macam yaitu :
1.
Penghantar Telanjang (BC : Bare
Conductor)
Konduktor
dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat padat. Pilihan konduktor penghantar
telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat
tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan
penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
Gambar 1.5
Penghantar
Telanjang
a.
Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S
(half insulated single core)
Penghantar
Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Gambar 1.6
Penghantar
Berisolasi Setengah AAAC-S
b.
Penghantar Berisolasi Penuh (Three
single core)
Gambar 1.7
Penghantar
Berisolasi Penuh
c.
Isolator
Pada
jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
1.
Isolator
Tumpu
Isolator
jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar saluran.
Desain dari isolator ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.8
Isolator Tumpu
2. Isolator
Tarik (Pasak)
Pada
sistem saluran udara tegangan menengah,
jenis isolator yang banyak dipergunakan untuk penyambungan jaringan
adalah isolator tarik
(pasak).
Gambar 1.9
Isolator Tarik (Pasak)
d.
Peralatan Hubung (Switching)
Pada
percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan
operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS
dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
Gambar 1.10
Peralatan
Hubung
(Fuse Cut Out)
e.
Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan
beban tertentu sesuai kebutuhan.Walaupun
lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan
karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama
juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik
tiang beton.
f.
Tiang Beton
Untuk kekuatan sama,
pilihan tiang jenis ini dianjurkan
digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis
konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi
rangkaian besi profil.
Tabel
1.1 Spesifikasi Tiang Beton untuk SUTM
PART II : JOBSHEET
JOB SHEET 1 : INSTALASI GARDU STEP-UP
Gardu
listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
b) PHB tegangan rendah. Masing-masing
dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen
proteksinya.
Menurut
standar, pengaturan tata-letak peralatan
pada gardu beton pelanggan umum atau pelanggan khusus adalah : PHB-TR
ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah kanan, Jarak antara
PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter, Jarak
bagian belakang PHB atau badan
trasformator dengan dinding gardu minimal 60 cm. Cukup tersedia ruang untuk
petugas berdiri dari depan PHB-TR minimal dari 75 cm, Ruang gardu harus
dilengkapi man-hole, Tersedia tempat untuk cadangan tambahan kubikel PHB-TM
sekurang-kurangnya 1(satu) buah. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang
tata letak gardu distribusi :
Gambar
1.11 Peletakan Lay –out Perlengkapan gardu Distribusi Beton
Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas, maka ukuran dan tataletak serta dimensi Gardu Beton disamping
mengikuti ketersediaan lahan yang ada, juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a.
Tinggi bangunan minimum 3 meter.
b.
PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk
sebelah kanan.
c.
Jarak kiri kanan PHB-TM terhadap tembok
minimum 1 meter.
d.
Jarak belakang PHB-TM terhadap dinding
minimal 60 cm (0,6 meter).
e.
Jarak Badan Transformator terhadap dinding minimal 60 cm (0,6 meter
f.
Jarak Ruang Tempat Petugas dengan bagian
depan PHB minimal 0,75 meter.
g.
Jarak batas antara PHB-TM dengan PHB TR
minimal 1 mater.
h.
Jarak batas antara PHB-TM dengan
transformator minimal 1 meter.
i.
Jarak terluar peralatan dengan BKT
minimal 20 cm (0,2 meter). Jarak bagian konduktifdan BKT minimal 60 cm (0,6
meter).
j.
Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam
1,2 meter dan harus diberikan lobang kerja (manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6
meter.
A.
Tujuan Instruksional
a.
Mampu
membongkar
dan memasang kubicel 20 KV
b.
Mampu
mengoperasikan
gardu beton step-up
c.
Mampu
menguji
dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada kubikel
B.
Tinjauan Kepustakaan
a. Gardu
Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen)
C.
Gambar Kerja/Praktek
Gambar
1.12 Singline switchgear
a. incomming
b. out
going
c. meterring
D. ohm
saklar
Gambar
2.3 Ohm Saklar
E.
Material yang digunakan
a. Trafo
20 KV
b. Swicthgerd
c. Saklar
ohm
F.
Peralatan Kerja
1. Tank
press
2. Sekop
3. Pangkul
4. Palu
5. Linngis
6. Kunci
inggris
7. Kunci
pas
8. Kunci
ingrris
9. Meger
10. Multytester
11. toolset
12. Dan
lain - lain
G.
Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job
Sheet)
a.
Pembongkaran dan pemsangan trafo 20 kv
b.
Pembongkaran dan pemsanagn kubicel 20 kv
c.
Pembongkaran dan pemasangan saklar ohm
d.
Pengoperasian kubicel
H.
Instruksi Manual Praktek
a.
Persiapan awal
a.
Memperiapkan alat dan bahan
b.
Mempersiapkan dan menggunakan perlatan
safety
c.
Memastikan kondisi kerja dengan baik
b.
Pembongkaran dan pemasangan trafo 20 kv
i.
Mempersipakan alat dan bahan
ii.
Membogkar trafo 20 kv dengan hati – hati
dengan menggunakan perlatan yang sesuai
iii.
Melakukan pencatatn konponen pada trafo
20 kv serta mencari tau fungsinya
iv.
Setelah melakukan pengamatan, maka
pasang trafo kembali dengan hati- hati
v.
Cek keadaan trafo yang sudah di pasang
c. Pembongkaran
dan pemasangan switgerd
1. Mempersiapkan
alat dan bahan
2. Melakukan
pembongkara pada sisi incomming
3. Melakukan
pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
4. Melakukan
pemasangan kembali dengan hati – hati
5. Melakukan
pembongkara pada sisi metering
6. Melakukan
pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
7. Melakukan
pemasangan kembali dengan hati – hati
8. Melakukan
pembongkara pada sisi outgoing
9. Melakukan
pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
10. Melakukan
pemasangan kembali dengan hati – hati
11. Melakukan pengoperasian swictgerd
JOB SHEET 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
1.
Tujuan Instruksional
a.
Mampumembongkar
dan memasang JTM ( Jaringan Tegangan Menengah)
b.
Mampu
mengoperasikan
switchgear
c.
Mampu
menguji
dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada JTM,tiang dan panel
2.
Tinjauan Kepustakaan
Gardu
Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen)
3.
Gambar Kerja/Praktek
Gambar
2.4 Kontruksi Penyambungan Konduktor TC dan AAC (TR7)
Gambar
1.13 Kontruksi Guy Wire (GW)
Gambar
1.14 Kontruksi Tiang Penyanggga
4.
Material yang digunakan
·
Tiang besi 11 M - 156 daN
|
|
·
Kawat A3C 70 mm2
|
|
·
Post insulator 20 kV
|
|
·
String insulator 20 kV + Acc & Strain clamp
|
|
·
Eye bolt & nut
M16 x 300
|
|
·
Fuse Cut Out
|
|
·
Fuse Link 2A / 20 kV
|
|
·
Lightning Arrester
|
|
·
Cross Arm UNP 80.45.5.2000 mm galv
|
|
·
Cable NYY 1 x 70 mm2
|
|
·
Copper Conductor 50 mm2
|
|
·
Double Arm Bolt & Nut M 14 x 300 mm galv
|
|
·
Galvanized Steel Wire / Staal Drad 50 mm2
|
|
·
Galvanized Steel Wire / Staal Drad 35 mm2
|
|
·
Guy insulator TM
|
|
·
Guy insulator TR
|
|
·
Guy Wire Thimble / Kaos Baja
|
|
·
Grounding & Accs ( CTM ) komplit
|
|
·
Grounding Tegangan Rendah ( GTR )
|
|
·
Joint Sleeve 70 mm2
|
|
·
Band Steel Pole 4" komplit
|
|
·
Double Arm Blot & Nut M 14 x 300 + Washer
|
|
·
Bolt M 16 x 100 galv
|
|
·
Bolt & Nut M 16 x 400 + Ring
|
|
·
Beton Manchet
|
|
·
Cat u tiang & Goni dan aspal
·
Klem
·
Semen
|
5.
Peralatan Kerja
·
Septy bell
·
Tali
·
Obeng plus,minus
·
Tank
·
Toolset
·
Gergaji besi
·
Gergaji kayu
·
Bor
·
kikir
·
Ragum
·
Helm proyek
·
Kunci sop
·
Tank press
·
Sekop
·
Pangkul
·
Palu
·
Linngis
·
Kunci inggris
·
Kunci pas
·
Kunci ingrris
·
Meger
·
Multytester
·
Jenjeng geser
·
Dan lain - lain
Gambar
1.15 Peralatan Yang di gunakan
6.
Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job
Sheet)
·
Mendirikan tiang jaringan distribusi TM
·
Pemasangan kontruksi trek skor/ guy wire
·
Pemasangan kontruksi druk skoor/ strut
pole
·
Pemasanagn kontruksi tiang awal
·
Peamasangan kontruksi tiang sudut
·
Pemsangan kontruksi tiang lurus
·
Pemsangan kontruksi tiang penyangga
·
Memsang aksesoris sesuai kontruksi jtm
·
Memasang string roller pada jtm
·
Penarikan dan sagging pada jtm
7.
Instruksi Manual Praktek
a. Persiapan
Awal
1. Memepersiapkan
alat serta bahan
2. Mempersiapkan
‘ safety’ dan menggunakannya
3. Memastikan
lapangan dalam keadaan baik
b. Memsangan
kontruksi Topang tarik/ guy wire
1. Melakukan pemeriksaan lokasi kerja
2. Menanm
Concrete- blok, anchor –blok,
3. Memasangan
guy – guard dan rod- anchor
4. Melakukan
dan menstel kekencangan
5. Melaukan
pemasangan kawat baja
6. Memasangan
kabel ‘sling’ (stell wire) pada ujung tiang
7. Meregangakan
‘ guy wire’
c. Mendirikan
penompang tiang/strut pole
1. Melakukan
pemeriksaan lokasi kerja
2. Melakukan
penggalian tanah
3. Mengakat
tiang dilokasi lobang
4. Memasukan
tiang pada lobang
5. Mengikat
/ mengunci ujung atas tiang penompang pada tiang utama
6. Mengakat
tiang dan kedalikan titik momen danm masiukan pada lobang
7. Padat
dan urut kan dengan tanah serta senter pada posisi tiang
8. Memasang
klem ujung tiang penompang
9. Memasangan
klem tengah tiang penompang
10. Pengerasan
JOB SHEET 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH
A.
Tujuan Instruksional
a.
Mampu membaca gambar single line diagram
dan instruksi manual yang diberikan.
b.
Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan
untuk pemasangan Guy-wire dan Strut-pole (sesuai instruksi manual).
c.
Mampu memasang peralatan yang digunakan
pada pemasangan guy-wire dan strut-pole sesuai dengan gambar tata-letak yang
diberikan.
d.
Setelah melaksanakan pemasangan jaringan
distribusi peserta mampu melaksanakan mampu memahami : ketentuan umum,
mendirikan tiang sesuai rencana, melaksanakan stringing, memasang jaringan
distribusi Tegangan rendah, memasang trafo distribusi 1 fasa dan 3 fasa.
e.
Mampu menjelaskan ketentuan umum dalam
pelaksanaan pemasangan jaringan distribusi.
B.
Tinjauan Kepustakaan
a.
Kriteria pemasangan trekschor
Sebelum penarikan penghantar,
pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang akhir atau tiang
sudut sesuai rangcangan SUTM pada trase bersangkutan. Memeriksa ketentuan
instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
b.
Pemasangan guy-wire / trekschor atau
topang tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar,
pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang akhir atau tiang
sudut sesuai rancangan konstruksi SUTM pada trase beersangkutan. Memeriksa
ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
c.
Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi
penopang tiang yang dipakai ;
·
Topang tarik (Down Guy Wire / Trekschor)
·
Topang tekan (Strut Pole / DrukSkur)
·
Kontramast (Span Guy Wire)
d.
Instalasi guy-wire / trekschor
Konstruksi ini ditujukan untuk
penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul beban mekanisnya. Jenis konstruksi
penopang tiang adalah :
·
Konstruksi guy-wire / trekschor
·
Konstruksi down guy wire / trekschor
(topang tarik)
·
Konstruksi over head guy wire /
trekschor (kontramast)
·
Konstruksi drukschor / strutpole
·
Instalasi patok guywire / trekschor
C.
Standar Kompetensi
Sub Kompetensi
|
Tindakan
|
Mampu
menentukan dan memasang tiang TM awal sesuai standar
|
a. Memeriksa
hubungan terminal ohm saklar dan memasangkannya pada dinding sebagai suplai
masukan.
b. Menghubungkan
ohm saklar dengan trafo step up pada sisi 220/380 volt.
c. Melakukan
pengujian/commissioning sesuai standar.
|
D.
Gambar Kerja/Praktek
Gambar
1.16 Terminal Kabel
E.
Material Yang digunakan
a.
Tiang
b.
Semen
c.
Kerikil
d.
Pasir
e.
Papan
F.
Peralatan Kerja
a.
Gergaji
b.
Cangkul
c.
Bor tangan
d.
Kunci pas
e.
Linggis
f.
Kunci ring
G.
Deskripsi Kerja/Praktek Sesuai job sheet
a.
Setiap kelompok / group mempersiapkan
peralatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material /
peralatan sesuai dengan gambar kerja.
b.
Mempersiapkan “safety” dan
menggunakannya.
c.
Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam
kondisi baik dan diperbolehkan.
d.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan
dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari instruktur yang bersangkutan.
H.
Instruksi Manual
1.
Memasang Konstruksi Topang Tarik / Guy
Wire Tiang Sudut TM-2
a.
Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan
dikerjakan.
b.
Menanam concrete-blok pada kedalam
hingga ujung rod-anchor 30 cm dari permukaan tanah pada lobang yang telah
disediakan dan memasangkannya pada tiang sudut TM-2. Menanam anchor blok
400x400 mm pada lobang yang telah digali dengan kemiringan “guy wire” 45 s/d 60
derajat. Anchor blok dan besi anker ditanam pada kedalaman 1,5 meter atau 30 cm
ujung keluaran besi anker dari permukaan tanah.
2.
Memasang / Mendirikan Penopang Tiang
(Tiang Tekan “Strut Pole”)
a.
Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan
dikerjakan.
b.
Melakukan penggalian tanah dengan
lobang.
c.
Mengangkat tiang dilokasi lobang galian.
d.
Memasukkan tiang penopang pada lobang
yang telah disediakan dan memasangnya pada tiang utama.
e.
Mengikat / mengunci ujung atas tiang
penopang pada tiang utama dengan menggunakan “Double Pole Band + Bolt & Nut
M16x50”.
f.
Mengikat / mengunci bagian tengah tiang
penopang pada tiang utama dengan menggunakan “Double Pole Band + Bolt & Nut
M16x50”, strut tie 1200 s/d 1500 mm (tergantung jarak kemiringan), Bolt &
Nut M16x140 + 16x50.
g.
Mengangkat tiang dan kendalikan titik
momen dan masukkan pada lobang.Uruk dengan tanah dan padatkan serta senter /
luruskan posisi tiang.
JOB SHEET 4
INSTALASI TRAFO TIANG
A. Tujuan
Intruksional
Ø Mampu
mempersiapkan dudukan (lobang) tiang yang akan dipasang sesuai ketentuan dan
ukuran tiang.
Ø Mampu
memasang tiang sesuai presedur yang diuraiakan pada “instruksi manual’
job-sheet.
Ø Mampu
memasang Transformator pada tiang sesuai instruksi manual’ job sheet.
Ø Mampu
menguji/memastikan bahwa tiang yang sudah dipasang tersebut layak gunakan
(sesuai berat/kekuatan beban yang ditanggungnya).
B. Tinjauan
Kepustakaan
1. Defenisi
Gardu
Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang
di Jaringan Distribusi
berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke
tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut disalurkan ke
konsumen.
2. Fungsi
Tiang Listrik
Tiang
listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik yang menyangga
hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan lapangan.
3. Fungsi
Transformator
berfungsi sebagai
trafo daya merubah
tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.
C. Standar
Kompetensi
Trafo
Tiang Ketercapaian
Ø Mampu
menentukan dan memasang Trafo Tiang sesuai standar
Ø Menyiapkan
lobang/dudukan tiang yang akan dipancang/ditanam.
Ø Mendirikan
tiang dan pemadatannya, sesuai standar.
Ø Memasang
Trafo pada tiang.
Ø Melakukan
pengujiaan/Comissiong sesuai standar.
D. Gambar
Kerja/Praktek
Catatan : Elektroda
bumi masing-masing pembumian di galvanis arrester, pembumian titik netral dan
pembuian BKT dihubung secara elektris pada fondasi Gardu
E. Material
Yang Digunakan
Secara
umum komponen utama Trafo tiang adalah
sebagai berikut :
1.
Transformator :
berfungsi sebagai trafo
daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan
rendah (380/200) Volt.
2.
Fuse
Cut Out (CO)
: sebagai pengaman
penyulang, bila terjadi gangguan di
gardu (trafo) dan
melokalisir gangguan di
trafo agar peralatan tersebut
tidak rusak. CO di pasang
pada sisi tegangan menengah (20 kV).
3.
Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh
samabaran petir dan switching (SPLNse.002/PST/73 ).
4.
NH
Fuse : sebagai
pengaman trafo terhadap
arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah (220
Volt), untuk melindungi trafo terhadap
gangguan arus lebih
yang disebabkan karena
hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
5.
Grounding Arrester
: untuk menyelurkan
arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih karena
sambaran petir dan switching.
6.
Graunding Trafo : untuk menghindari
terjadi tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban
tidak seimbang.
7.
Grounding LV Panel : sebagai pengaman
bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.
F.
Daftar material untuk pekerjaan
Komponen Satuan Jumlah
1 Ground rod 2,5 m Buah 2
2 Ground rod 1,5 m Buah 4
3 Cincin rod Buah 6
4 NYA 50 mm2 Meter 10
5 NYA 70 / 95 mm2 Meter 6
6 NYA 120 / 150 mm2 Meter 6
7 BC Draad 50 mm Meter 5
8 AAAC 70 mm2 Meter 46
9 NYAF 50 mm Meter 2
10 CCT 6 T 6 (95 / 95 mm) Buah 6
11 STT 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 6
12 STT 7 T 7’ (120 / 120 mm) Buah 4
13 STT 8 T 8 (150 / 150 mm) Buah 4
14 SAA 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
15 SAA 5 T 4 (70 / 50 mm) Buah 6
16 SAT 4 (50 mm) Buah 6
17 SKT 6 (95 mm) Buah 12
18 SKT 7 (120 mm) Buah 12
19 SKT 8 (150 mm) Buah 8
20 SKA 5 (70 mm) Buah 2
21 CCO 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
22 Skaklar Utama 630 A (bila rusak) Buah 1
23 Fuse base 400 A Buah 6
24 Fuse Holder/Smeldraad Holder Buah 6
25 Smel Draad 80 – 200 A Buah 6
26 Fuse Ling 3 – 8 A Buah 3
27 Pipa PVC AW ¾” Buah 6
28 Stopping Buckle Buah 10
29 Link Buah 10
30 Isolasi PVC Pipa Rol 1
31 Isolator Scot 23 Rol 1
32 Contac Cliner/Sakapen Botol 1
33 Silikon gress/Vaseline CC 50
34 Stainless Steel Strap Meter 15
35 Semen Kg 4
36 Minyak Trafo Liter 25
37 Alkohol Liter 1
38 Kain Majun Kg 1
39 Cat/Meni Besi (abu-abu) Kg 1
40 Thinner Liter 1
41 Engsel Buah 1
G. Peralatan
Kerja
Agar
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang
memadai baik peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang
dibutuhkan sebagai berikut :
Alat
Ukur
Ø AVO
Meter
Ø Megger
1.0 Volt, 5.000 Volt, 10.000 Volt
Ø Earth
Tester
Ø Tang
Amper dengan range 1.000 Amper
Ø Infrares
Ø Drivelt/Phasa
Detector dll.
Peralatan
Ø Shcakel
Stick 20kV 13 meter
Ø Kunci
Shock (satu set)
Ø Kunci
Ring (satu set)
Ø Kunci
Inggris
Ø Tang
Kombinasi
Ø Tang
Kupas/Potong
Ø Obeng
Minus
Ø Obeng
Plus
Ø Gergaji
Besi
Ø Palu
Ø Corong
Minyak
Ø Slang
Plastik
Ø Pompa
Minyak (plastik)
Ø Kain
Lap Majun
Ø Kertas
Gosok
Ø Dies
Compression
Ø Cable
Cutter 600 – 900 mm
Ø Tangga
Fiber Glass 7 m
Ø Stainless
Steel Belt/Stopping Tool
Ø Botol
Kosong Bersih + Tutup
Ø Kuas
Ø Kikir
dll.
Perlengkapan
K3
Ø Sabuk
Pengaman
Ø Helm
Ø P3K
Ø Sarung
Tangan Katun
Ø Sepatu
Kerja dan lain-lain
H. Diskripsi
Kerja/Praktek
Perencanaan
konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan jaringan SUTM-nya. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk
konstruksi Gardu Tiang yang direncanakan bagi penempatan transformator
distribusi, pondasinya dan akurasi vertikalnya. Persiapkan seluruh komponen
utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi. Termasuk yang harus
diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak dan besar
lubang yang dipersyaratkan.
Khusus
transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
Packing
transformator
Periksa
assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang
disepakati, misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica
gel)
Periksa
volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
Periksa
Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan
permintaan, pemeriksaan antara lain :
Daya/ Kapasitas. : kVA
Tegangan Sisi Teg. Tinggi : Volt
Tegangan Sisi Teg. Rendah : Volt
Tingkat Pengaturan Tegangan :
Pengujian Ketahanan Isolasi antara :
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi
Tegangan Menengah (TM)
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi
(E)
sisi Tegangan Menengah (TM) dengan
bodi (E)
I. Instruksi
Manual Praktek
A.
Persiapan Awal
1. Setiap
Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai
dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan
“Safety” dan Menggunakannya.
3. Memastikan
bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
4. Sebelum
pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari
instruktur yang bersangkutan.
Keterangan
: Sebelum ada Instruksi dari
instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaa/Praktek belum diperbolehkan. Setiap
Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui Instruktur,
sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi
Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus
memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.
JOB SHEET 5
INSTALASI PANEL APP
A.
Tujuan Instruksional
1. Mampu
membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2. Mampu
memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk panel APP [sesuai instruktion
manual].
3. Mampu
memasang peralatan yang digunakan pada panel APP sesuai gambar tata-letak yang
diberikan.
4. Mampu
menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak
dioperasikan.
B.
Tinjauan Pustaka
PANEL
APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang
digunakan oleh pemakai / pelanggan listrik (untuk keperluan rumah tangga,
sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan instansi), maka perlu
dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung
jawab pengusaha ketenagalistrikan (PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan
rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik tegangan rendah, letak
penempatan APP dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.9 Diagram satu garis
sambungan tenaga listrik tegangan menengah
Keterangan:
GD
: Gardu Distribusi
TR
: Jaringan tegangan Rendah
SLP
: Sambungan Luar Pelayanan
SMP
: Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR
: Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP
: Alat Pengukur dan Pembatas
PHB
: Papan Hubung Bagi
IP
: Instalasi Pelanggan
SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan
pada GD / TR merupakan penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah
dijelaskan dimuka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan
besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat ukur / instrumen yang
digunakan adalah alat pengukur : Kwh, KVARh, KVA maksimum, arus listrik dan
tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu :
Ø Pengukuran
primer atau juga disebut pengukuran langsung, terdiri dari pengukuran primer
satu fasa untuk pelanggan dengan daya dibawah 6.600VA pada tegangan 220V /
380V, dan pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6.600V
sampai dengan 33.000VA pada tegangan 220V / 380V.
Ø Pengukuran
sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung (menggunakan trafo
arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53KVA sampai dengan 197KVA.Sedangkan
yang dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk menentukan batas
pemakaian daya sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan
adalah :
Ø Pada
sistem tegangan rendah sampai dengan 100A digunakan MCB dan diatas 100A
digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa disetel.
Ø Pada
sistem tegangan menengah biasanya digunakan pelebur tegangan menengah atau
rele.
Berikut
ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.
Gambar 1.17 Kwh meter satu fasa
analog dan digital
Gambar 1.18 Kwh meter tiga fasa
analog dan digital
Gambar 1.19 Kwh meter tiga fasa dan
KVARh
Sesuai
dengan DIN 43 856 cara penyambungan alat pengukur atau penghubung daya
dinotasikan dengan kode berupa angka 4 digit yang diikuti dengan angka 2 digit
yang menunjukkan penomoran sambungan.
·
Digit pertama menunjukkan macam-macam
penghitung
·
Digit kedua menunjukkan bagian tambahan
·
Digit ketiga menunjukkan sambungan luar
·
Digit keempat menunjukkan penyambungan
bagian tambahan
Sedangkan
2 digit berikutnya menunjukkan penomoran sambungan untuk tarif jam atau untuk
pengendalian piringan.
Beberapa
contoh kode dan cara penyambungan alat pengukur atau penghitung sebagai berikut
:
Gambar 1.20 Rangkaian Kwh satu fasa
dengan trafo arus
Penyambungan
dengan Code 1010 atau 1010-00 berarti :
(1) : penghitung dengan daya nyata arus bolak-balik
satu fasa
(2) : tanpa bagian tambahan
(3) : untuk sambungan dengan trafo arus
(4) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya
maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.21 Rangkaian Kwh dua fasa
dengan sambungan tetap
Penyambungan
dengan Code 2000 atau 2000-00 berarti :
(2) : penghitung daya nyata arus bolak-balik dua
fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(0) : untuk sambungan tetap
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya
maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.22 Rangkaian Kwh tiga fasa
dengan trafo arus dan trafo tegangan
Penyambungan
dengan Code 3020 atau 3020-00 berarti :
(3) : penghitung daya nyata arus bolak-balik tiga
fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(2) : untuk sambungan dengan trafo arus dan trafo
tegangan
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya
maksimum dengan piringan Putar
Tabel 1.2 Standar Daya PLN
Tabel 1.2 Standar Daya PLN
C.
Standar Kompetensi
Sub kompetensi tindakan
|
1.
Mampun menjelaskan bagian-bagian dan komponen pada panel APP.
2.
Mampu menentukan dan memasang komponen pada panel APP.
3.
Mampu melepaskan komponen-komponen yang ada pada panel dan
memasangkannya pada posisinya berdasarkan gambar yang ada.
4.
Mampu menguji hasil pemasangan.
5.
Membuka pintu panel APP dan dengan kunci yang disediakan.
6.
Memeriksa hubungan terminal panel APP dan kelengkapan anak kontaknya
dan Memasangkannya pada ruang yang telah disediakan.
7.
Membuka dan memasang kembali hubungan pada panel APP sesuai dengan
ketentuan.
8.
Memeriksa kabel sisi tegangan 20 kV yang akan digunakan untuk
menghubungkan panel APP dengan sistem lainnya.
9.
Memasang skond kabel (membersihkan ujung kabel).
10. Melakukan pengujiaan/Comisioning sesuai standar.
|
E. Material
Yang Digunakan
·
Kabel NYA 25-35 mm
·
Scound cable
·
isolasi
F.
Peralatan Kerja
Peralatan
1. Tang
fuse
2. Tang
scound
3. Pisau
4. Obeng
5. Tang
kombinasi
6. Tang
buaya
7. Tang
kupas
8. Tang
potong
Perlengkapan K3
·
Sabuk Pengaman
·
Helm
·
P3K
·
Sarung Tangan Katun
·
Sepatu Kerja dan lain-lain
G.
Diskripsi Kerja/Praktek
G.1.
Persiapan awal
1. Setiap
Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai
dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan
“Safety” dan Menggunakannya.
3. Memastikan
bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan.
4. Sebelum
mengoperasikan/melakukan Pekerjaan Pemasangan peralatan /jaringan, terlebih
dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi
didalam pengoperasiannya.
G.2.
Memasang dan Penginstalasian panel APP
1. Melakukan
/ memastikan Saklar dalam kondisi stanby.
2. Menentukan
peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel APP.
3. Menentukan
tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put kabel masukan.
4. Menentukan
Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
5. menentukan
urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan
jenis kabel yang digunakan.
7. pengawatan
/penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. memasang
warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. menggambarkan
dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan
fasa.
G.3.
Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP
1. Peralatan
apa saja yang terdapat pada “cell” panel APP dan mencatat/ mendata name-plate
masing-masing peralatan.
2. Menentukan
Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3. Menggambar
sistem hubungan masing-masing peralatan dan penandaannya.
4. Menentukan
diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5. Menentukan
diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
6. Menentukan
diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
7. Memastikan
hubungan sistem pengetanahan peralatan
G.4.
COMMISSIONING
Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan,
harus dilakukan test/ pengujian baik pengujian mekanis maupun pengujian
elektrik.
H. Instruksi Manual Praktek
2.1 Mempersiapkan
peralatan yang akan digunakan.
2.2 Memasang
dan Penginstalasian panel APP.
2.3 Mengindentifikasi
Perangkat pada panel APP.
2.4 Melakukan
pengujian / commisioning pada panel APP
JOB SHEET 6
INSTALASI GROUNDING
A. Tujuan
Instruksional
1. Mampu
membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2. Mampu
memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk system pembumian (sesuai
instruktion manual).
3. Mampu memasang
peralatan yang digunakan pada system pembumian sesuai gambar tata-letak
yang diberikan.
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang
sudah dipasang/diinstal tersebut layak dioperasikan.
B. Tinjauan
Kepustakaan
Grounding
adalah sistem proteksi peralatan yang mempergunakan listrik sebagai sumber
tenaga, dari lonjakan listrik, petir.
Fungsi
Grounding :
1.
Grounding Penangkal Petir
2.
Grounding Listrik :
ü Grounding
Listrik rumah
ü Grounding
Listrik kantor
ü Grounding
Listrik gedung
ü Grounding
Listrik pabrik
3. Grounding Instalasi
Listrik :
ü Grounding
instalasi listrik rumah
ü Grounding
instalasi listrik kantor
ü Grounding
instalasi listrik gedung
ü Grounding
instalasi listrik pabrik
4. Grounding Instalasi
Jaringan Listrik :
ü Grounding
instalasi jaringan listrik rumah
ü Grounding
instalasi jaringan listrik kantor
ü Grounding
instalasi jaringan listrikgedung
ü Grounding
instalasi jaringan listrik pabrik
Grounding Instalasi Listrik
Dalam sebuah instalasi
jaringan listrik ada empat bagian yang
harus ditanahkan (digroundingkan) atau sering juga disebut dibumikan.
Empat bagian dari instalasi listrik ini
adalah :
1.
Pada semua bagian instalasi yang terbuat
dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini
perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan
potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia yang menyentuhnya.
2.
Pada Bagian pembuangan muatan listrik
(bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini diperlukan agar lightning
arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang
diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
3.
Pada Kawat petir yang ada pada bagian
atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai
lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi,
maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar
kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran
transmisi.
4.
Pada titik netral dari transformator atau
titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan
proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.
Dalam praktik,
diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas
tidak melebihi 5 Ohm.
Secara teoretis,
tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak
terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan
nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak
antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam
tanah).
Komponen Grounding :
1.
Batang Grounding tunggal (single grounding rod).
2.
Batang Grounding ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3.
Anyaman Grounding (grounding mesh),
merupakan anyaman kawat tembaga.
4.
Pelat Grounding (grounding plate), yaitu
pelat tembaga.
Tahanan Grounding
selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga ditimbulkan oleh
tahanan sambungan antara grounding dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang
menjadi bagian dari tahanan grounding adalah tahanan dari tanah yang ada di
sekitar grounding yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang
keluar dari grounding tersebut. Arus listrik yang keluar dari grounding ini menghadapi bagian-bagian tanah yang
berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi
oleh kedalamannya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya,
karena komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu,
dalam memasang batang grounding, makin dalam pemasangannya akan makin baik
hasilnya dalam arti akan didapat tahanan grounding yang makin rendah.
Grounding / Pembumian
yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai tahanan lebih kecil dari 5 Ohm
untuk melindungi bangunan dan dibawah 1 Ohm untuk melindungi data. Tidak semua
areal bisa mendapat nilai grounding yang baik dan benar, hal ini sangat
bergantung oleh berbagai macam aspek seperti :
1.
Jumlah Kadar Air : bila air tanah
dangkal / penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan.
2.
Jumlah Mineral/garam : kandungan mineral
tanah sangat mempengaruhi tahanan karena semakin berlogam maka listrik semakin
mudah menghantarkan.
3.
Tingkat Keasaman : semakin asam PH tanah
maka arus listrik semakin mudah menghantarkan.
4.
Isi Tekstur tanah : untuk daerah yang
bertekstur pasir dan porous akan sulit
untuk mendapatkan tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini air dan
mineral akan mudah hanyut .
Single Grounding :
Yaitu
instalasi grounding dengan hanya penancapan satu buah stick arus pelepas ke
tanah dengan kedalaman tertentu ( sebaiknya 18 Meter)
Paralel Grounding :
Bila
sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 1 Ohm ) maka
perlu ditambahkan jumlah stick arus pelepas dengan minimal jarak antar stick 5
mtr dan di sambung dengan kedaman masing-masing tetap 18 Meter, hal ini dilakukan
berulang sampai menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 1 Ohm
Maximal Grounding :
Bila pada daerah yang
memiliki ciri :
1. kering/air
tanah dalam
2. kandungan
logam sedikit
3. Basa
(berkapur)
4. Pasir
dan Porous.
Biasanya agak sulit untuk mendapat nilai
grounding diabwah 1Ohm, dan bila penggunaan 2 cara diatas gagal maka bisa
digunakan cara penggantian tanah baru untuk daerah titik grounding tersebut
C. STANDAR
KOMPETENSI
Sub Kompetensi
|
Tindakan
|
1.
Mampu menentukan Nilai tahanan Pengetanahan sesuai aturan berlaku ( < 4 Ohm).
2.
Mampu memasang tahanan
pengetanahan yang akan
digunakan.
3.
Mampu mengukur nilai tahanan
pengetanahan yang telah dipasang
|
1.
Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah/tanah yang akan digunakan.
2.
Menentukan material pengetanahan dan spesifikasinya yang akan
ditanam/dipasang.
3.
Memasang dan menghubungkannya pada Trafo Step-up dan panel switchgear
pada bagian bodi/rangkaian grounding atau ardenya.
4.
Mengukur hasil pemasangan dengan menggunakan “Earth Resistance”
|
D. Material
Yang Digunakan
ü Earth
tester
ü Elektroda
ü Kabel
penghubung
ü Penjepit
E. Peralatan
Kerja
ü Meteran
ü Palu
F. Deskripsi
Kerja/Praktek
1. Earth
testert digunakan untuk mengukur tahanan tanah yang akan digunakan untuk
pembumian.
2. Kabel
penghubung digunakan untuk menghubungkan earth testert dengan elektroda.
3. Penjepit
digunakan untuk menjepit elektroda.
4. Elektroda
adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dansebagai kontak langsung dengan
tanah yang diusahakan
G. Langkah
Kerja/Praktek
1. Mengukur
tahanan jenis tanah pada daerah yang akan digunakan.
2. Menentukan
material pengentanahan dan spesifikasinya yang akan dipasang.
3. Memasang
dan menghubungkan pada trfao step up dan panel switchgear pada bagian rangkaian
grounding atau ardenya.
PART
– 3
LEMBAR
PENGAMATAN
1. Gardu beton step-up
A.
Data dan Dokumentasi Hasil
Pekerjaan/Praktek
Gambar 1.23 Gardu step Up
Gambar 1.24 Meger
Gambar 1.25 Tang Pres
Gambar 1.26 Pembukaan Isolasi Kabel NYFGbY
Gambar 1.27 tali Panjat
Gambar 1.28 Trek Bass
Gambar 1.2.7 Fuse Cut Out
Gambar 1.29 FCO
Gambar 1.30 Isolator Tarik
Gambar 1.31 TM 2
Gambar 1.31 TM 5
Gambar 1.32 Switchger
Gambar 1.32 Safety Belt
Gambar 1.2.13 Helm
Gambar 1.33 Helm
Gambar 1.2.14 Kunci-Kunci
Gambar 1.34 Kunci kunci
Gambar 1.35 Panel C.O.S
B.
Pembahasan
Gardu
Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk `gardu jenis pasangan
dalam, karena pada umumnya semua peralatan peng-hubung/pemutus, pemisah dan
trafo distribusi terletak di dalam bangunan beton. Dalam mbangunannya semua
peralatan tersebut di disain dan diinstalasi di lokasi sesuai dengan ukuran bangunan gardu.
Gambar 3-37 emperlihatkan sebuah gardu distribusi konstruksi beton.
Gambar
1.36 Bagan satu garis Gardu Beton
Ketentuan teknis
komponen gardu beton, komponen tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan
menengah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 25 kV
b) Power frekuensi
withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;
c) Impulse withstand voltage 125 kV;
d) Arus nominal 400A;
e) Arus nominal
transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA;
g) Short circuit making current 31,5 kA.
Komponen tegangan rendah (contoh rujukan
PHB tegangan rendah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan
414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi
withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;
c) Impulse withstand
voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan
rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan
sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan
tegangan rendah.
Tabel
1.3 Harga Efektif (RMS)
Kesimpulan dan Saran
A.
Sambungan tenaga listrik tegangan
menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan tegangan pelayanan 20.000
Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan dilakukan
dengan cara:
a.
Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur
tegangan menengah.
b.
Berdasarkan sei ng relay pembatas sehingga memerlukan
pemutus tenaga
sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis
konstruksinya,
dibedakan:
1.
Konstruksi Pasangan luar
Pasangan
luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang
terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu
portal. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
a. Gardu
portal lengkap tanpa transformator
b. Trafo
arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
c. Trafo
tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
d. Pengaman
lebur (fused cut out) i pe HRC
e. Panel
APP IP 45
f. Meter
kWh sekurang-kurangnya kelas 0,5
g. Meter
kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
h. Time
switch
PENGAMATAN 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH
A.
Data dan Dokumentasi Hasil
Pekerjaan/Praktek
B.
Pembahasan
Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan
untuk konsumen, ciri
utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan
isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar
telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi
penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau
dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar
yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated
single core).
Pada
kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan
yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat
kabel
udara melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah
pekerjaan
konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan
lain
yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan
mereka yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini
adalah
beberapa contoh bentuk saluran kabel udara yang melewati lokasi
tersebut,
dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap lingkungan yang
tercantum
dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan
kabel.
1. Standarisasi
Kontruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
a. Konstruksi
TM-1 (tiang tumpu)
Konstruksi
TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan
satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator
dan tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya
dapat dilakukan pada sudut 170°-180°.
Gambar
1.37 Konstruksi Tiang Penyangga TM-1 SUTM
Konstruksi
TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang pada
saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
Konstruksi
TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1, bedanya TM-1D digunakan
untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua traves (cross-arm) dan enam
buah isolator jenis pin insulator. Satu taves diletakkan pada puncak tiang,
sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.
b. KonstruksiTM-2
(tiang sudut)
Konstruksi
TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut 150° –170°,
menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang sudut maka
konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.
Gambar
1.38 Konstruksi Tiang Sudut TM-2 SUTM
Konstruksi
TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D mempunyai
konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-2D digunakan untuk saluran ganda
(double sirkuit), dan menggunakan double treck schoor yang diletakkan dibawah
masing-masing traves.
c. Konstruksi
TM-3 (tiang tumpu).
Konstruksi
TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double traves. Isolator
yang digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah
isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.
Gambar
1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM
Konstruksi
TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya TM-3D digunakan
untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12 isolator jenis
suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.
d. Konstruksi
TM-4 (tiang awal/akhir)
Konstruksi
TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir. Mempunyai
double traves, dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan memakai
treck schoor.
Gambar
1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM
Konstruksi
TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang yang
dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya
tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D.
Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya TM-4D mempunyai double
sirkuit dengan double treck schoor.
e. Konstruksi
TM-5 (tiang sudut)
Konstruksi
TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan antara 120° –
180°, menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis suspension dan
tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.
Gambar
1.40 Konstruksi Tiang Penegang TM-5 SUTM
Konstruksi
TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D digunakan untuk saluran
ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.
f. Konstruksi
TM-6 (tiang sudut).
Konstruksi
TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60° – 90°). Masing-masing double
traves disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension insulator sebanyak
6 buah dan satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini memakai treck
skoor ganda.
Gambar
1.41 Konstruksi Tiang Belokan TM-6 SUTM
Konstruksi
TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat horizontal.
g. Konstruksi
TM-7 (tiang percabangan)
Konstruksi
TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan menengah dengan
sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. Pada TM induk memakai
isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai isolator suspension dan
menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor. Konstruksi
TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
sudut siku (90°). Masing-masing satu traves disilang 2. TM induk memakai
isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator tumpu. Type
isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.
h. Konstruksi
TM-8 (tiang tumpu)
Konstruksi
TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku (90°).
Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan TM
percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua
jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada
isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D
mempunyai double sirkuit.
i.
Konstruksi TM-9 (tiang tumpu)
Konstruksi
TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu traves. Type
isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak digunakan
pada daerah perkotaan yang banyak bangunan.
Gambar
1.41 Konstruksi Tiang Belokan TM-9 SUTM
Konstruksi
TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat
penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban
kawat.
j.
Konstruksi TM-10 (tiang sudut).
Konstruksi
TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada konstruksi tiang
tikungan siku (sudut 60° – 90°). Masing-masing double traves disilang 4.
Isolator type suspension. Memakai treck skoor ganda.
k. Konstruksi
TM-11(tiang akhir/awal).
Konstruksi
TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir, Opstijg kabel. TM double
traves. Isolator type suspension. Satu traves untuk lightnig arrester. Dan
memakai treck skoor.
Gambar
1.42 Konstruksi Tiang opstijg kabel
TM-11 SUTM
Konstruksi
TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan
dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja
terhadap tiang dari satu arah.
l.
Konstruksi TM-12 (tiag tumpu).
Konstruksi
TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi tiang pada
hutan lindung. Mempunyai isolator jenis tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi
TM-12 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus dan hanya berfungsi sebagaipenyangga kawat penghantar dimana gaya
yang ditanggung oleh tiangdalah gaya karena beban kawat.
m. Konstruksi
TM-13 (tiang tumpu).
Konstruksi
TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi
tiang hutan lindung. Isolator type tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi
TM-13 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya
yang ditanggung oleh tiangadalah gaya karena beban kawat.
n. Konstruksi
TM-14 (tiag peregang).
Konstruksi
TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150° – 170°). Terpasang
pada konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension. Tidak memakai
traves.
o. Konstruksi
TM-15 (tiang peregang)
Konstruksi
TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi tiang tarik akhir dengan
menggunakan Arrester. Mempunyai double traves. Type isolator tumpu. Memakai
treck skoor.
Gambar
1.43 Konstruksi Tiang Akhir Dengan Arrester TM-15 SUTM
Konstruksi
TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan
dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja
terhadap tiang dari satu arah.
p. Konstruksi
TM-16.
Konstruksi
TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double traves. Isolator yang
digunakan jenis suspension, dan jenis pin. Konstruksi TM-16 digunakan untuk
jaringan yang melalui sungai dengan treck schoor.
q. Konstruksi
TM-16A.
Konstruksi
TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya pada TM-16A digunakan untuk
double circuit dengan 2 pasang double traves.
Gambar
1.44 Konstruksi Tiang Portal (Single Arm) TM-16 SUTM
r.
Konstruksi TM-17.
Konstuksi
TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan menggunakan isolator
jenis suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini digunakan untuk
jaringan bersudut 120°-180° dengan treck schoor.
s. Konstruksi
TM-18 (tiang sudut)
Konstruksi
TM-18 ini digunakan untuk sudut 90° yang merupakan kontruksi tiang tarik
vertikal yang menggunakan double treck schoor. Isolator yang dgunakan jenis
suspension tanpa travers.
t.
Konstruksi TM-19 (tiang penyangga + LBS)
Konstruksi
TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break Switch) pada bagian
puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang digunakan jenis suspension.
Gambar
1.45 Konstruksi Tiang LBS TM-19 SUTM
Kesimpulan dan Saran
B.
Sambungan tenaga listrik tegangan
menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan tegangan pelayanan 20.000
Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan dilakukan
dengan cara:
c.
Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur
tegangan menengah.
d.
Berdasarkan sei ng relay pembatas sehingga memerlukan
pemutus tenaga
sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis
konstruksinya,
dibedakan:
2.
Konstruksi Pasangan luar
Pasangan
luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang
terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu
portal. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
i.
Gardu portal lengkap tanpa transformator
j.
Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
k. Trafo
tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
l.
Pengaman lebur (fused cut out) i pe HRC
m. Panel
APP IP 45
n. Meter
kWh sekurang-kurangnya kelas 0,5
o. Meter
kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
p. Time
switch
3.
Konstruksi pasangan dalam
Instalasi
sambungan tegangan menengah ini adalah instalasi yangkeseluruhannya tertutup
dalam suatu panel metal/metal clad. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
a. Kubikel
load break switch untuk saklar masuk dan keluar
b. Kubikel
trafo tegangan lengkap sekurang-kurangnya kelas 0,2
c. Kubikel
sambungan pelanggan dengan kelengkapannya
d. Pemutus
tenaga
e. Relai
pembatas
f. Trafo
arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
g. Terminal
sambungan pelanggan
h. Kubikel
sambungan pelanggan (tambahan jika belum ada di bui r
i.
Panel APP IP 45
j.
Meter kWh Meter kVARh
k. Time
switch
C.
Seluruh komponen utama instalasi
yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun
dan difungsikan dengan konstruksi
pasangan batu dan beton (masonrywall building).
a. Pemisah
– Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi sebagai
pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat
dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b. Pemutus
beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai
pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan
dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu
distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara
interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote
Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.
c. Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan
cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih
(Over Current Relay) dan dapat
difungsikan sebagai alat pembatas beban.
Komponen utama PHB-TM tersebut
diatas sudah terakit dalam kompartemen
kompak (lengkap), yang sering disebut
Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d. LBS -
TP (Transformer Protection)
Transformator
distribusi dengan daya ≤ 630 kVA pada
sisi primer dilindungi pembatas arus dengan pengaman lebur jenis HRC (High
Rupturing Capacity). Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi
dengan LBS yang dipasang sebelum pengaman lebur.Untuk gardu kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah
terangkai sebagai satu kesatuan, dan
disebut Ring Main Unit (RMU).
PENGAMATAN 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN
RENDAH
A. DATA
DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
1. Data
Ø Jarak
Aman (Safety Distance).
Ø Kekuatan
Mekanis Tiang Awal/Ujung Untuk Saluran
Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang andongan 1 meter, tiang 9 meter
Ø Kekuatan
Mekanis Tiang Sudut Untuk Saluran Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang
andongan 1 meter, tiang 9 meter
B. LEMBARAN
PENGAMATAN
Pemasangan instalasi pada jaringan rendah
konstruksinya tergantung dari kondisi tempat pemasangannya. Kontruksi TR secara
garis besar terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yaitu konstruksi tiang
awal/akhir konstruksi tiang tumpu, konstruksi
tiang sudut, konstruksi tiang
percabangan dan tiang peregang
Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel
udara tegangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angle assembly
(penggantung untuk tiang sangga/tumpu). Untuk konstruksi tiang sudut yaitu
konstruksi TR2 yang digunakan dengan sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan
large angle assembly (penggantung untuk tiang belokan/sudut).
Kontruksi tiang penyangga silang terdiri atas
beberapa macam bentuk yaitu kontruksi TR-4, kontruksi TR-4A, dan konstruksi
TR-4B. Pada umumnya konstruksi tiang percabangan ini memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk instalasi jaringan tegangan rendah pada persimpangan. Hal yang
membedakanya yaitu bentuk konstruksi serta komponen yang digunakan dalam
pemasangan jaringan tegangan rendah.
Untuk konstruksi tiang peregang terdiri juga atas
beberapa bagian yaitu kontruksi tiang peregang dengan penghantar yang sama dan
konstruksi tiang peregang dengan beda penampang.
C. PEMBAHASAN
Pemasangan instalasi untuk jaringan tegangan rendah
terdiri atas beberapa bentuk konstruksi, tegantung dari kebutuhan serta kondisi
dari lokasi pemasangan jaringan tegangan rendah. Untuk konstruksi tiang
awal/akhir (TR-3) terdiri atas komponen beberapa komponen yaitu Tension
Bracket, Strain Clamp,Stainless Steel Strip 0,75 Meter, Stopping Buckle,
Plastic Strap, PVC 2” – 50 Cm, Link, Dead end tubes, Low Voltage Twistad Cable.
Pada konstruksi tiang tumpu (TR-1) digunakan
suspension small angle assembly yang berfungsi untuk penggantung penghantar
pada tiang. Tiang sangga silang ada yang menggabungkan dua buah TR-1, yang
memiliki arah yang berbeda. Selian itu tiang silang, ada yang konstruksinya
yang mneggabungkan dua buah TR-2.
Untuk tiang sudut merupakan tiang yang dipasang pada
saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah
gaya tarikan kawat horizontal.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi
pemasangan SKUTR pada tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end
assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran
listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua arah
yang berlawanan. Konstruksi TR-5 ini selain menggunakan penghantar penampangnya
sama juga ada pemasangan konstruksi yang pemasanganya menggunakan penghantar
yang beda luas penampangnya.
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan
SKUTR pada tiang pencabangan, yang menggunakan suspension small angle assambly
dan fixed dead-end assambly untuk mengaitkan kabel.
D. KESIMPULAN
DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Jaringan
Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pemanfaat / pelanggan listrik.
2. Konstruksi
pemasangan tegangan rendah terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yang
pemasangan dan jenis konstruksi yang akan digunanakan pada jaringan tegangan
rendah tersebut tergantung dari lokasi pemasangan dan kebutuhan.
3. Ada
10 jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-masing
sesuai dengan kondis /rute jaringan di lapangan.
b. Saran
Dalam melakukan pemasangan instalasi jaringan
tegangan rendah perhatikan lokasi pemasangan. Lokasi dari pemasangan ini akan
menentukan tipe konstruksi yang akan digunakan dalam pemasangan konstruksi
tegangan rendah. Peralatan dan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah
harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar pemasangan jaringan
berfungsi dengan semestinya. Selain itu pemasangan jaringan harus dilakukan
seefisien mungkin baik biaya dan aktu pemasangan jaringan.
PENGAMATAN
4
INSTALASI TRAFO TIANG
A. DATA
DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
Karakteristik
listrik komponen utama instalasi Gardu
Tiang yang harus dipenuhi pada sisi
Tegangan Menengah (TM), adalah :
Tegangan pengenal
: 24 kV
Frekuensi pengenal
: 50 Hz-
Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering
standar (puncak) :125kV
Inpulse DC test selama 1 menit : 50 kV-
Ketahanan tegangan jarak isolasi (-
isolating distance) di udara :
Tegangan impuls, kering (puncak) :
145 kV
Inpulse DC voltage selama 1 menit :
50 kV
Ketahanan terhadap arus hubung singkat
(1 detik) : 12.5kV
Arus maksimum gangguan ke bumi selama
1 detik : 1 kA
Tegangan uji terhadap sirkuit
bantu : 2 kV
Tegangan surja hubung dan Pemutus Tenaga hampa udara
harus cocok untuk transformator
terendam minyak (tanpa penangkap petir)
dengan tingkat isolasi dasar
(BIL) :
125 kV
Karakteristik
listrik komponen utama instalasi Gardu
Tiang yang harus dipenuhi
pada
sisi Tegangan Rendah (TR), adalah :
Tegangan pengenal :
230/400 V
Frekuensi pengenal :
50 Hz
Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6
kV
Arus ketahanan waktu singkat selama 1
detik,
PHB 250/500/630 A
: 0.5 kA
PHB 800 A
: 0.5 kA
PHB 1200 A
: 0.5 kA
KHA busbar : 250/400/630
800/1200
A
Kapasitas pengaman lebur HRC : 25
kA/400 V
Tegangan ketahanan frekuensi daya
selama 1 menit : 2,5 Kv
B. LEMBARAN
PENGAMATAN
Deskripsi
kerja pengamatan
Penginstalasian
trafo distribusi
Memperhatikan
panaikan trafo ke cross arm.
Memastikan
kedudukan transformator yang erat pada cross arm dengan cara melakukan
pengecekan mur dan baut pengikat trafo.
Pemasangan
penghantar pembumian Pemasangan
pembumian untuk titik netral trafo ditempatkan terpisah.
Pembumian
lightning arrester dan bagian konduktif terbuka disambungkan dengan tembaga 〖50mm〗^2.
Penginstalasian
kabel 20KV Pemasangan sepatu kabel harus
dilaksanakan dengan hati-hati serta memilih konduktor yang tepat untuk
pemasangan antar kabel.
Instalasi
kabel tegangan rendah
Menyesuaikan
ukuran kabel dengan keluaran trafo.
Memasang
pembumian untuk kabel tanah.
Penandaan trafo tiang Memberikan identitas pada trafo:
Nomor gardu
Tanda peringatan
Data historis
penyelesaian Memperhatikan kelayakan operasi dari trafo
C. PEMBAHASAN
1.
lokasi pemasangan
Pemasangan
trafo tiang memperhatikan unsur keselamatan dan jarak keamanan. ruang bebas
hambatan atau right of way pada Gardu Tiang
adalah daerah bebas dimana gardu tersebut berlokasi. Pada ruang
bebas tersebut tidak ada penghalang yang
menyebabkan komponen gardu beserta kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau
bangunan. Tersedia akses jalan masuk-keluar gardu untuk keperluan kegiatan
operasi dan pemeliharaan/perbaikan gardu.
Jarak
aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 kV
sesuai dengan ketentuan Saluran Udara Tegangan Menengah adalah 2,5 meter
dari sisi terluar konstruksi gardu.
2.
proses pemasangan
Perencanaan
konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus
menjadi satu kesatuan dengan perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih
dahulu kebenaran peta rencana lokasi pendirian Gardu Distribusi, detil
konstruksi dan perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu berada di tanah sertifikat hak milik, harus diperoleh izin
tertulis penggunaan tanah untuk gardu dari pemilik tanah. Perhatikan kekuatan
tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang direncanakan bagi penempatan
transformator distribusi, pondasinya dan
akurasi vertikalnya. Persiapkan seluruh komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi. Termasuk yang harus
diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan
dengan jarak-jarak dan besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus
transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
1. Packing
transformator.
2. Periksa
assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati, misalnya Termometer, Oil
Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel).
3. Periksa
volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
4. Periksa
Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan
permintaan, pemeriksaan antara lain :
ü Daya/
Kapasitas
ü Tegangan
Sisi Teg. Tinggi
ü Tegangan
Sisi Teg. Rendah
ü Vektor
Group
ü Tingkat
Pengaturan Tegangan
ü Pengujian
Ketahanan Isolasi antara
ü sisi
Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM).
ü sisi
Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E).
ü sisi
Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E).
D. KESIMPULAN
DAN SARAN
a. Kesimpulan
setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
o
Pemasangan trafo tiang harus
memperhatikan lokasi serta jarak yang aman.
o
Terdapat perbedaan antara pemasangan
trafo pada jaringan tegangan tinggi dan jaringan tegangan menengah. Seperti
perbedaan pemasangan titik pembumian serta instalasi kabel ke trafo tiang.
o
Sebelum trafo dinyatakan layak operasi
terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo tidak menyebabkan
kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial
b. Saran
o
Dalam pemasangan trafo tiang terlebih
dahulu dilakukan kelayakan lokasi.
o
Memastikan pemasangan sepatu kabel
dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
o
Memastikan peletakan trafo pada tiang
telah terpasang dengan erat.
o
Melakukan pengujian sebelum trafo
dioperasikan.
PENGAMATAN 5
INSTALASI PANEL APP
A. LEMBAR
PENGAMATAN
Pada
panel APP terdapat 6 buah fuse, saklar ON, OFF, kabel R, S, T, N, dan PE, alat
ukur. Fasa R yaitu menggunakan kabel jenis NYA 25-35 mm dengan scound kable
warna merah, sedangkan S kuning, dan T biru.
B. PEMBAHSAN
Sebelum
melakukan praktek mengenai panel APP
Setiap Kelompok / Group terlebih dahulu mempersiapkan perlatan/komponen
yang akan digunakan sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar
kerja. Setelah itu mempersiapkan
“Safety” dan Menggunakannya, seperti sarung tangan, sepatu karet, helm, dan
peralatan safety lainnya yang dibutuhkan agar terhindar dari bahaya yang
beresiko. Setelah itu praktikkan
memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS tegangan yaitu
dengan memastikan bahwa keadaan toggle saklar pada keadaan OFF. Namun sebelum
mengoperasikan/melakukan pekerjaan pemasangan peralatan/jaringan, terlebih
dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi
didalam pengoperasiannya. Setelah itu barulah mempraktekkan mengenai cara
Memasang dan Penginstalasian panel APP. Yaitu dengan langkah pertama melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi
stanby (OFF) . Sebelum membuka peralatan yang sudah terpasang pada panel
praktikkan terlebih dahulu menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang
terdapat pada panel APP kemudian menentukan tata-letak dan ukuran penampang
kabel ; sisi input dan out-put kabel masukan agar pada saat pemasangan kembali
tidak mengalami kesulitan. Untuk membuka fuse, digunakanlah alat yang dinamakan
dengan tang fuse. Setelah itu praktikkan
menentukan simbol diagram dan diagram pengawatanya, menentukan urutan
fasa dan warna kabel, Menentukan jenis kabel yang digunakan , pengawatan
/penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa, memasang warna isolasi
skun kabel sesuai urutan fasa. Setelah selesai memasang kembali peralatan
sesuai dengan ketentuannya kemudian barulah melakukan pengujian atau COMMISSIONING. Sebelum peralatan dan
instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik pengujian
mekanis maupun pengujian elektrik.
C.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
ü Pemasangan
panel APP harus memperhatikan ketentuan sesuai dengan diagram pengawatannya.
ü Sebelum
membuka panel APP sebaiknya meletakkkan saklar pada posisi off.
ü Sebelum
panel APP dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian
agar trafo tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial.
2. Saran
Dalam pemasangan panel APP terlebih dahulu dilakukan
kelayakan lokasi dan sesuai ketentuan yang berlaku.
ü Memastikan
pemasangan scound kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
ü Membuka
dan memasang fuse dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan fuse pada panel
APP. Demikian juga dengan komponen lainnya.
ü Memastikan
pemasangan komponen panel APP telah terpasang dengan seestinya dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Melakukan pengujian sebelum
rangkaian dioperasikan
PENGAMATAN 8
INSTALSI GROUNDING
A. DATA
DAN DOKUMENTASI HASIL PEKERJAAN/PRAKTEK
Ø DATA
Panjang elektroda = 130 cm
Panjang elektroda yang dipancang ke dalam tanah = 30
cm
Tahanan tanah yang diukur = 7 Ω
Jarak antar elektroda = 10 meter
Ø DOKUMENTASI
Earth tester
Batang elektroda
Kabel penghubung earth tester dengan elektroda
Pemasangan elktroda dengan kabel penghubung earth
tester
B. LEMBAR
PENGAMATAN
Dari praktek dan pengamatan langsung yang telah
dilaksanakan praktikan terhadap sistem pembumian maka dapat diketahui bahwa
sistem pentanahan atau pembumian adalah sistem kelistrikan yang terhubung
secara tidak langsung antara rangkaian listrik dengan bodinya (sistem rangkaian
balik) yang bertujuan untuk menmgamankan manusia dan juga peralatan lainnya.
Untuk mengukur tahahanan suatu tanah maka dapat
diukur dengan menggunakan alat ukur earth tester. Eart tester mempunyai 3
terminal yaitu terminal E,P, dan C. Pada praktek kali ini praktikan menggunakan
3 buah elektroda yang berbentuk batangan tembaga dengan tahanan jenis 0.0177 x
10 -6 Ωm. eletroda dipasang sejajar.
Elektroda pertama merupakan elektroda utama, sedangkan elektroda kedua
merupakan elektroda bantu, dan elektroda ketiga merupakan elektroda pembanding.
Jarak antar elektroda adalah 10 meter, dengan
panjang batang elektroda 130 cm. elektroda dipancangkan ke dalam tanah dengan
kedalaman 30cm. Pada earth tester, terminal E (earth) dihubungkan ke elektroda
utama dengan menggunakan kabel berwarna hijau. Terminal P (potensial)
dihubungkan ke elktroda bantu dengan menggunakan kabel berwarna kuning.
Terminal C (current) dihubungkan ke elktroda pembanding menggunakan kabel
berwarna merah. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tahanan tanah yang
diukur adalah sebesar 7 Ω. Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut
adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik.
Elektroda merupakan penghantar yang dihantar di dalam tanah dan sebagai kontak
langsung dengan tanah yang diusahakan mencapai titik air tanah.
C. PEMBAHASAN
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai
grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang
mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.
Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam data
center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar
pentanahan untuk data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain :
TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE
Recommended Practice for Powering and Grounding Electronic Equipment.
Tujuan
Utama Sistem Pentanahan
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah
menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi
untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik,
circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya
sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan
meminimalkan efek tersebut.
Karakteristik
Sistem Pentanahan yang Efektif
Karakteristik
sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:
1. Terencana
dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada data center harus merupakan
koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah-kaidah tertentu.
2. Verifikasi
secara visual dapat dilakukan.
3. Sesuai
dengan ukuran, TIA-942 menyediakan guideline untuk setiap komponen pada data
center.
4. Menghindarkan
gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
5. Semua
komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan tujuan untuk
meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada
potensial listrik yang sama.
Isu
Pentanahan dan Kelangsungan Listrik
Isu yang paling penting terkait dengan kelangsungan
listrik antara lain adalah susunan rack dan kabinet, perlindungan electrostatic
discharge (ESD), dan susunan pentanahan dari switches, server, dan power
SYARAT
– SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF
1. Tahanan
pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan
pemakaian.
2. Elektroda
yang ditanam dalam tanah harus :
o
Bahan Konduktor yang baik
o
Tahan Korosi
o
Cukup Kuat
3. Jangan
sebagai sumber arus galvanis.
4. Elektroda
harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
5. Tahanan
pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
6. Biaya
pemasangan serendah mungkin.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN
Tahanan
pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
1. Tahanan
elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan yang
ditanahkan.
2. Tahan
kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan
dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda
dapat diabaikan, akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan
keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi
tinggi seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk
menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.
Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan
pengaruhnya adalah tahanan sekeliling elektroda atau dengan kata lain tahanan
jenis tanah (ρ).
TAHANAN
JENIS TANAH (ρ)
Dari
rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical R
= ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ.
Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa
faktor :
1. sifat
geologi tanah
2. Komposisi
zat kimia dalam tanah
3. Kandungan
air tanah
4. Temperatur
tanah
5. Selain
itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
Sifat
Geologi Tanah
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan
jenis tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar.
Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan
quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel
dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.
Tabel.
1
No. JENIS TANAH TAHANAN JENIS
TANAH( ohm.meter)
1. Tanah yang mengandung air garam 30
2. Rawa 100
3. Tanah liat 200
4. Pasir Basah 500
5. Batu-batu kerikil basah 1000
6. Pasir dan batu krikil kering 3000
7. Batu 5
– 6
Tabel
1.4 harga-harga ( ρ ) dari berbagai
jenis tanah.
KOMPOSISI
ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama
sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan
pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai
tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan
atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang
efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana
larutan garam masih terdapat.
KANDUNGAN
AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap
perubahan tahanan jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan
air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
TEMPERATUR
TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m)
biasanya stabil terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah
tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor
temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
ELEKTRODA
PENTANAHAN
Jenis
Elektroda pentanahan
Pada
dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan
yaitu :
1. Elektroda
Batang
2. Elektroda
Pelat
3. Elektroda
Pita
Elektroda
– elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga secara
gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
ELEKTRODA
BATANG
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam
yang di tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga,
stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan
bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi.
Ukuran
Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda
batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian
pentanahan yang lain.
ELEKTRODA
PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau
empat persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang
ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan
menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical.
Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
ELEKTRODA
PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal
berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara
horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur
tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang
tidak mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan
dimana harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
PENGKONDISIAN
TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah
dengan tahanan jenis tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang
diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah
agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan
membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan mengelilingi
elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi
elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana akan
memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia yang biasa di
pakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper
sulfat.
3. Dengan
Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur
bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut dapat
menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan menanamkan campuran
bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil
1/10 – 1/15 kali.Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan :Bentonite :
garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
Jenis
jenis Elektroda
1.
Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia,
diperlukan suatu elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki
syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali
tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki..
Pasangan electrode pembanding adalah elektrode
indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada
konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Syaratnya adalah:
Ø Mematuhi
persamaan Nerst bersifat reversible
Ø Memiliki
potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Ø Segera
kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Ø Hanya
memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Ø Merupakan
elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
2.
Elektroda Indikator
a. Pengertian
Elektroda indikator
Elektroda indikator (elektroda
kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bergantung terhadap
konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur(vogel:).
b. Jenis-jenis
elektroda indicator
i.
Elektroda indikator logam
Ø Elektroda jenis pertama
Elektroda logam
yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi Mn+ dalam Mn+|M reaksi
setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan elektroda logam murni yang
memepertukarkan kationnya langsung dengan logamnya.Elektroda jenis pertama
tidak banyak digunakan karena sangat tidak selektif dan merespon kation lainnya
yang mudah tereduksi. Kelemahan dari elektroda ini tidak terlalu selektif,
kadang bereaksi dengan katon lain yg lebih mudah tereduksi, elektroda logam
dangat mudah teroksidasi
Ø Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam
yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X dalam MXn|M reaksi
setengah redoks. Logam tidak hanya merespon kationnya tetapi juga merespon
anion yang membentuk endapan sedikit larut dan kompleks stabil dengan
kationnya. Elektroda jenis ini memiliki ion-ion yang tidak bertukar elektron
langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya, anion akan mengatur konsentrasi
kation yang bertukar elektron dengan elektroda.
Ø Elektroda redoks
Elektroda inert
yang dapat ¬menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah redoks.
ii.
Elektroda membrane
Pada elektroda
membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu
membran membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun menghentikan
ion-ion lain.
Ø Potensial membrane
Suatu perubahan
potensial pada sebuah membran konduktif dimana sisi yang berlawanan kontak
(berhubungan) dengan larutan yang memiliki komposisi berbeda.
Ø Elektroda selektif ion
Sebuah elektroda
dimana potensial membrannya merupakan fungsi konsentasi dari satu ion tertentu.
Ø Elektroda kaca
Sebuah elektroda
selektif ion berdasarkan membran kaca yang potensial terbentuk dari reaksi
pertukaran ion pada permukaan membran.
Ø Elektroda membran Kristal
Sebuah elektroda selektif ion yang didasarkan pada
kelarutan yang kecil dari bahan kristal anorganik. Tidak hanya kaca saja yang
selektif terhadap kation, tetapi beberapa zat padat lainnya juga selektif
terhadap kation. Sebagai contoh kristal tunggal lantanum florida yang bertindak
sebagai membran digunakan untuk menetapkan ion fluorida. Kristal itu
dikontaminasi dengan suatu unsur tanah langka, europium(II), untuk meningkatkan
daya hantar listriknya. Elektroda ini mampu merespon ion fluorida smpai
konsentrasi 10-5 M.
Ø Elekroda membran liquid
Sebuah elektroda
selektif ion di mana chelating agen dimasukkan ke dalam membran hidrofobik.
Perbandingan antara elektroda kaca konvensional dengan elektroda membran
liquid.(sumber: Fundamentals of Analytical Chemistry)
Elektroda jenis ini menggunakan cairan yang tidak
bercampur dengan air sebagai membrannya. Elektroda membran cairan menghasilkan
potensial dari kedua larutan yang mengandung analit dan liquid-ion exchanger.
Cairan tersebut akan mengikat dengan selektif ion yang akan ditetapkan. Sebagai
contoh elektroda ion kalsium yang menggunakan suatu penukar kation yang
mengandung asam fosfat.
Ø ISFETS
ISFET adalah ion-sensitif field effect transistor
yangdigunakan untuk mengukur konsentrasi ion dalam larutan, ketika konsentrasi
ion (seperti H +, lihat skala pH) mengalami perubahan, arus melalui transistor
akan berubah sesuai. Di sini, solusinya digunakan sebagai elektroda gerbang.
Sebuah tegangan antara substrat dan permukaan oksida muncul akibat selubung
ion.
Ø Elktroda enzim
Sebuah elektroda
yang merespon konsentrasi substrat dengan mereaksikan substrat dengan enzim
yang statis, menghasilkan ion yang dapat dipantau dengan ion-selektif
elektroda.
iii.
Gas sensing probe
Gas sensing
probe adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada konsentrasi gas
dalam larutan.
c.
Pemilihan elektroda indikator
Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat
antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi
analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat
mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya
perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan
tegangan(skoog).
D.
KESIMPULAN
1. Pentanahan
tergantung kepada jenis tanah dan jenis alat yang akan di bumikan
2. Pentanahan
yang baik adalah dengan menggunakan kawat tembaga murni agar tidak terjadi arus
eksi tasi.
3. Penggunaan
elektroda harus sesuai dengan alat dan cara merangkai peralatan untuk
memperkuat pembumiannya.
SARAN
1.
Melakukan kombinasi komponen elektroda
untuk memperkuat pembumian secara paralel,lingkaran.Biasanya ini digunakan
untuk pembumian trafo.
2.
Besar arus lebih yang melalui elektroda
harus di seimbang dengan tahanan elektroda sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Buku PLN 1 Kriteria Design engeneering kontruksi jaringan
distribusi tenaga listrik,2010
2.
Buku PLN 2 standart kontruksi tenaga listrik
,2010
3.
Buku PLN 3 standart kontruksi jaringan tegangan
rendah tenaga listrik,2010
4.
Buku PLN 4 Standart kontruksi gardu distribusi dan gardu hubung tenaga
listrik,2010
5.
Buku PLN 5 standart kontruksi jaringan tegangan
Menengah tenaga listrik,2010